Pemerintah Buka Peluang Impor Beras
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah membuka peluang keran impor beras untuk menghadapi bencana El Nino yang diprediksi melanda Indonesia pada November 2015.
Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, hari Senin (21/9), memanggil sejumlah pejabat untuk membahas persiapan ketahanan nasional menghadapi fenomena alam El Nino.
"Banyak hal yang dibahas dalam rapat tadi, tentang bagaimana kita (pemerintah) mengantisipasi itu, bagaimana penyediaan pangan, dan sebagainya. Termasuk kemungkinan menambah stok beras dari luar (impor). Itu harus kita laksanakan semua," kata Wapres.
Rapat yang berlangsung di kediaman dinas Wapres itu dihadiri Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, dan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Djarot Kusumayakti.
Wapres menjelaskan impor beras untuk konsumsi nasional harus dibuka mengingat fenomena alam El Nino dapat berdampak pada kekeringan sehingga menyebabkan gagal panen.
"Harus terbuka, ini kan masalahnya karena kekeringan. Kita (pemerintah) tidak ingin mengorbankan masyarakat dengan berpegang pada perkiraan yang bisa salah. Oleh karena itu, kita membuka kemungkinan impor secepatnya, kami akan melihat itu sebagai kemungkinan," jelasnya.
Terkait persediaan persediaan beras, Wapres Kalla menjelaskan stok beras untuk rakyat miskin (raskin), yang dimiliki Bulog saat ini hanya bisa mencukupi kebutuhan masyarakat hingga akhir 2015.
"Stok (raskin) Bulog itu hanya kira-kira 1,5 juta yang bisa sampai akhir tahun. Sedangkan kalau stok makanan seluruh penduduk itu kira-kira 2,5 juta sampai tiga juta per bulan," dia menjelaskan.
Sementara itu, di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, dilaporkan musim kemarau yang berkepanjangan dapat berdampak pada ketersediaan beras.
"Kemarau panjang yang terjadi sangat berisiko menimbulkan puso atau gagal panen di sejumlah wilayah pertanian di Kabupaten Penajam Paser Utara. Kami perkirakan pada musim tanam kedua tahun ini, produksi padi mengalami penurunan hingga 50 persen dari target sebanyak 6.000 ton," kata Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur Surito Widarie.
Menurutnya, target produksi awal sebanyak 6.000 ton tersebut diperkirakan hanya akan tercapai sekitar 3.000 ton, karena banyak lahan pertanian yang dilanda kekeringan.
Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk menanggulangi dampak kekeringan terhadap persediaan kebutuhan pokok, terutama beras.
"Berdasarkan hasil koordinasi dengan Perum Bulog, persediaan beras di gudang Bulog masih mampu mencukupi kebutuhan Kabupaten Penajam Paser Utara hingga Desember 2015," katanya.
Berdasarkan hasil perhitungan, persediaan beras sampai Desember 2015 masih surplus 4.500 ton, tetapi Pemkab Penajam Paser Utara tetap melakukan antisipasi kerawanan beras secara dini akibat kekeringan. (Ant)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...