Pemerintah dan Pemberontak Sudan Selatan Siap Beruding di Ethiopia
JUBA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Sudan Selatan dan pihak pemberontak mengatakan pada hari Rabu (1/1) bahwa mereka sedang mempersiapkan untuk mengirim delegasi ke ibu kota Ethiopia untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri perang saudara lebih dari dua pekan di negara itu.
Kedua belah pihak mengatakan mereka akan menghadiri pembicaraan damai dengan perantara IGAD blok Afrika Timur, IGAD, namun belum jelas kapan perundingan akan dimulai.
Berita terbaru menyebutkan bahwa pihak pemberontak telah tiba di ibukota Ethiopia, Addis Ababa pada hari Rabu. Para negosiator pemberontak menolak berkomentar saat mereka memasuki Sheraton Hotel di kota itu.
"Delegasi seharusnya pergi ke Addis Ababa," kata juru bicara pemerintah Sudan Selatan, Michael Makuei kepada AFP di ibukota negara itu, Juba. Dia menambahkan bahwa Presiden Salva Kiir belum mengkonfirmasi tentang tim negosiasinya.
Namun seorang juru bicara pemberontak yang dekat mantan wakil presiden, Riek Machar, juga mengatakan delegasi perdamaian mereka belum berangkat.
"Kami siap. Delegasi kami belum di Addis Ababa. Setiap saat mediator perdamaian IGAD akan datang dan menjemput mereka," kata Moses Ruai .
Blok IGAD mengatakan bahwa negosiasi "akan fokus pada gencatan senjata yang dipantau" sebelum lebih banyak pembicaraan untuk menyelesaikan "masalah-masalah politik yang mendasar.”
Konflik Etnis
Pertempuran Sudan Selatan dimulai pada tanggal 15 Desember, ketika Presiden Kiir menuduh Machar mencoba kudeta. Machar telah menyangkal hal ini, dan balik menuduh presiden melakukan pembersihan kekerasan dari lawan-lawannya.
Pertempuran itu menyebar di seluruh dan pemberontak merebut beberapa daerah di utara yang kaya minyak. Pada hari Selasa (31/12) pemberontak merebut kembali kota Bor, ibukota negara bagian Jonglei yang terletak hanya 200 kilometer sebelah utara Juba.
Ribuan orang telah tewas, menurut pejabat PBB. Sementara itu, sekitar 200.000 warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan sebagian besar mencari perlindungan di markas pasukan penjaga perdamaian PBB. Arus pengungsi akibat mingkatnya kekerasan etnis terhadap Kaum Dinka (suku Presiden Kiir) oleh masyarakat suku Nuer dari kelompok Machar.
Pada hari Selasa, Machar mengatakan kepada AFP melalui telepon satelit dari lokasi yang tidak diketahui di Sudan Selatan bahwa dia belum siap untuk menyetujui gencatan senjata segera dan bahwa pasukannya berbaris menuju ibu kota Juba.
"Tidak ada penghentian permusuhan," kata Machar. "Hal itu yang akan didiskusikan dan dinegosiasikan delegasi di Addis Ababa. Saya akan menyusul kemudian, setelah negosiasi menghasilkan penghentian permusuhan. Hal ini tergantung apa yang tercapai."
Sudan Selatan adalah negara termuda di dunia, setelah kemerdekaan dari Sudan pada tahun 2011 setelah puluhan tahun mengalami perang saudara. (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...