Pemerintah Minta KPK Kawal Pembiayaan LRT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Perhubungan meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut mengawasi pembiayaan Light Rail Transit (LRT).
"Menhub datang dengan Pak Sekjen dan Irjen, tujuannya untuk pencegahan. LRT dan MRT adalah proyek besar di Kemenhub, jadi beliau minta KPK didampingi kalau ada audit LRT yang sedang jalan," kata Ketua KPK, Agus Rahardjo di Jakarta, hari Senin (13/3).
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengatakan, pertemuan dengan KPK dilakukan karena Kementerian Perhubungan mendapat amanat untuk menyelesaikan proyek strategis nasional yang jumlahnya banyak.
"Secara umum kami minta pendampingan agar pasca operasi tangan tangan oleh tim Saber Pungli kami mendapat suatu payung sehingga pasca operasi tangkap tangan itu moral bisa lebih baik lagi," kata Budi.
Untuk proyek LRT yang ada di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, serta Palembang, Budi berkata, ingin meminta saran terkait pencegahan.
“Ada Perpresnya, sudah ditunjuk kontraktornya sudah berjalan dan kontraknya akan final. Kami minta BPK untuk audit dan kami lapor hasilnya ke KPK,” ujar dia.
Jika ada kelebihan atau kekurangan pembayaran, lanjut dia, akan dilaporkan ke KPK agar tidak merugikan negara.
“Kami tidak hanya melakukan evaluasi, harus ada lembaga yang mengawasi sehingga dijauhkan dari praktik yang tidak diinginkan," kata Budi.
Agus memberikan saran agar akuntabilitas pembangunan bisa lebih diperbaiki, karena di dalam pengadaan dengan tender terbuka harus transparan serta efektif.
Perkembangan fisik pembangunan prasarana kereta ringan LRT Palembang yang terhitung tanggal 31 Januari 2017 sudah 35 persen, sedangkan LRT Jabodebek baru 12 persen, meliputi Cawang-Cibubur 19,18 persen, lintas Cawang-Dukuh Atas 1,21 persen, dan lintas Cawang-Bekasi Timur 6,95 persen.
Untuk LRT Palembang, pembangunan prasarana sepanjang 23,4 kilometer ditargetkan selesai bulan Juni 2018, sedangkan pembangunan sarana ditargetkan selesai bulan Maret 2018. Empat set masing-masing tiga kereta, dan bulan Juni 2018 selesai empat set masing-masing tiga kereta yang dikerjakan PT KAI dan PT INKA.
LRT Palembang ditargetkan beroperasi pada bulan Juni 2018 dengan dioperasikan oleh PT KAI dengan subsidi dari pemerintah.
Budi sebelumnya menjelaskan pendanaan pembangunan prasarana LRT Palembang menggunakan APBN yang dibayarkan selama lima tahun anggaran (2017-2021) sedangkan pendanaan sarana berasal dari PT KAI.
"Terkait LRT Palembang, ada beberapa hal penting yang memerlukan keputusan yaitu di antaranya ketersediaan pasokan listrik sebesar 50 MVA pada bulan Januari 2018 serta pemberian subsidi tarif untuk pengoperasian LRT," katanya.
LRT Palembang siap operasi bulan Juni 2018, sedangkan pembayaran melalui APBN selama lima tahun yaitu dari tahun 2017 hingga 2021, sedangkan pada LRT Jabodebek, pembangunan kontruksi fase satu sepanjang 43 kilometer ditargetkan selesai pada bulan Desember 2018 dan dapat beroperasi bulan Mei 2019.
Terkait pendanaan, ia menjelaskan berdasarkan Perpres Nomor 98 Tahun 2015 Jo Perpres Nomor 65 Tahun 2016 tentang Percepatan LRT di Jabodebek, pembayaran pembangunan prasarana dibebankan kepada APBN yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus.
Budi menambahkan, beberapa hal penting yang memerlukan keputusan LRT Jabodebek adalah perlu adanya alternatif pembiayaan pembangunan LRT Jabodebek di luar APBN misalnya dengan pembiayaan 100 persen melalui investasi sinergi BUMN atau pembiayaan 50 persen APBN dan 50 persen investasi sinergi BUMN. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...