Pemerintah Tindak Tegas Perusahaan Pencemar Sungai Citarum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah akan bertindak tegas terhadap perusahaan yang melakukan pencemaran di Sungai Citarum.
"Tadi saya sudah telpon Jaksa Agung, bahwa kami akan menangani dengan serius, dan Pak Prasetyo (Jaksa Agung) mengatakan kita akan bikin tindakan yang tegas karena kalau dibiarkan terus korbannya makin banyak," katanya di Jakarta, Jumat (11/5).
Pada tahun ini, Polda Jawa Barat sedang menangani 75 kasus terkait pencemaran sungai yang diklaim sebagai nomor dua terkotor di dunia itu. Dari jumlah tersebut, satu kasus telah lengkap bekasnya.
"Kita masih kasih waktu mereka tiga bulan, tapi dari sekarang tetap masih kami periksa, kalau masih ada yang buang kita tindak," katanya.
Mantan Menko Polhukam itu mengatakan, untuk memperbaiki kondisi lingkungan, pemerintah meminta perusahaan untuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
"Ada IPAL Komunal ada IPAL sendiri, mereka bisa membebankan pembuatannya itu pada cost produksinya, jadi tidak mesti buang ke sungai. Karena kita tahu bahayanya, jadi kita tidak akan main-main dengan itu," katanya.
Luhut juga menambahkan, akan berkomunikasi dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, untuk memastikan mengawasi ketat terkait hal tersebut.
Pasalnya, ada 27 juta masyarakat yang hidup di bantaran Sungai Citarum dan dipastikan terpapar logam berat dan bakteri berbahaya.
"Kita harus betul-betul melakukan kerja sama yang ketat, karena taruhannya adalah generasi yang akan datang," katanya.
Bahkan, disebutnya anggaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yang tersedot untuk mengobati masyarakat di sepanjang sungai itu telah mencapai Rp1,2 triliun.
Mantan Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mengatakan, pada November tahun 2017, Kesdam III Siliwangi meneliti seluruh mata air.
Berdasarkan hasil penelitian, mulai dari Situ Cisanti sampai Muara Gembong, seluruh sungai telah tercemar berbagai macam logam berat hingga bakteri Pseudomonas aerogonosa.
Limbah itu, diduga berasal dari limbah medis yang dibuang dan keberadaan bakteri-bakteri itu ternyata tidak hanya ditemukan di Sungai Citarum, namun dapat ditemukan juga di Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung.
"Masalah ini tidak hanya di DAS Citarum, tapi juga dari ujung barat ke ujung timur terutama karena pengelolaan kawasan tambang emas yang menggunakan merkuri dan sianida. Masalah ini tidak bisa hanya diselesaikan pemda dan kepolisian, TNI, tapi juga masyarakat. Mari jangan beri ruang untuk perusak lingkungan," kata Doni. (Antaranews.com)
Editor : Sotyati
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...