Pemilihan Presiden Timor Leste Dua Putaran
Dua kandidat bersaing di bulan April: Jose Ramos-Horta dan petahana Francisco "Lu Olo" Guterres.
DILI, SATUHARAPAN.COM-Timor Leste menuju pemilihan presiden putaran kedua setelah peraih Nobel Perdamaian Jose Ramos-Horta gagal meraih lebih dari 50% suara, menghadapi saingan sesama mantan pejuang kemerdekaan, presiden petahana, Francisco "Lu Olo" Guterres.
Ramos-Horta meraih 46,6% suara dalam pemilihan pekan lalu dan Guterres mendapat 22,1%, menurut penghitungan yang diumumkan hari Minggu (27/3) oleh Komisi Pemilihan Nasional.
Putaran kedua dijadwalkan dilakukan pada 19 April, dan pemenangnya akan menjabat pada 20 Mei, bertepatan dengan peringatan 20 tahun kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia.
Ramos-Horta, presiden Timor Leste dari 2007 hingga 2012, dan Guterres saling tuding menyebabkan kelumpuhan politik selama bertahun-tahun.
Presiden bertanggung jawab untuk membentuk pemerintah dan membubarkan parlemen. Pada tahun 2018, Guterres menolak untuk mengambil sumpah sembilan calon anggota Kabinet dari Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Timur, yang dikenal sebagai CNRT, sebuah partai yang dipimpin oleh mantan perdana menteri dan pemimpin kemerdekaan, Xanana Gusmao, yang mendukung pencalonan Ramos-Horta sebagai presiden.
Guterres berasal dari Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka, yang dikenal dengan akronim local, Fretilin, yang telah memimpin perlawanan terhadap pemerintahan Indonesia.
Fretilin mengatakan bahwa Ramos-Horta tidak layak menjadi presiden, menuduhnya menyebabkan krisis sebagai perdana menteri pada tahun 2006, ketika puluhan orang terbunuh ketika persaingan politik berubah menjadi konflik terbuka di jalan-jalan Dili.
Kebuntuan terakhir menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Taur Matan Ruak pada Februari 2020. Namun dia setuju untuk tetap bertahan sampai pemerintahan baru terbentuk dan untuk mengawasi pertempuran melawan pandemi virus corona dengan dana perang senilai US$ 250 juta. Pemerintahannya telah beroperasi tanpa anggaran tahunan dan mengandalkan suntikan bulanan dari simpanan dana negaranya, yang disebut Dana Perminyakan.
Hasil pemilu masih perlu diperiksa oleh pengadilan banding, kata Odete Maria Belo, komisaris yang membacakan pengumuman tersebut. Dia mengatakan komisi mengundang setiap kandidat untuk mengajukan banding atas penghitungan suara dalam waktu 24 jam.
Transisi Timor Leste menuju demokrasi menghadapi jalan berbatu-batu, dengan para pemimpin berjuang melawan kemiskinan, pengangguran, dan korupsi besar-besaran. Ekonominya bergantung pada berkurangnya pendapatan minyak lepas pantai.
Jumlah pemilih dalam pemilihan 19 Mei, yang kelima sejak kemerdekaan, adalah 77,26%, atau 6% lebih tinggi dari tahun 2017, kata komisi pemilihan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...