Pemilu 2014, GMKI: DPR Sekarang Belum Ajak Pemuda Aktif Membangun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Supriadi Narno mengatakan, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi X, masa bakti 2009-2014 belum ada yang mengajak anak muda untuk bersama berperan aktif dalam membangun kecerdasan Bangsa Indonesia. Indikasi itu terlihat jelas dengan masih kurangnya akses pendidikan, akses lapangan perkerjaan, dan sarana/fasilitas ruang sosial di kota maupun di desa terpencil.
Anak muda sekarang malah terjerumus ke narkoba dan tawuran, karena tidak ada tindakan yang nyata dari Anggota DPR Komisi X yang membidangi kepemudan, pendidikan, dan olah raga secara serius dalam menyediakan akses pendidikan, lapangan perkerjaan, dan fasilitas sarana untuk kreativitas anak muda ke arah yang lebih positif, katanya di Salemba Raya, Jakarta Pusat, Rabu (19/2).
Lebih lanjut Supriadi menambahkan, anggota DPR yang telah mendapatkan kesempatan duduk sebagai wakil rakyat dari akses terhadap kekuasaan atau turunan genetis dari politis tua dalam mengerjakan fungsi leglislatif harus menerapkan secara maksimal peraturan, dan kebijakan pemuda di sektor itu. Bagaimana kedepan, lanjutnya, caleg dapat mendesain fungsi leglislatif dan pengawasan anggaran untuk memfasilitasi ruang terbuka bagi kretifitas anak muda. Baik itu ditingkat Kabupaten, propinisi, maupun tingkat nasional dalam jangka panjang. Tidak mengenai fisik tetapi juga melakukan pendampingan psikis dan psikologis anak muda.
Saya rasa yang bisa memperjuangkan kepentingan anak muda, anak muda itu sendiri. Tapi kemudian belakangan banyak anak muda yang mencalonkan diri sebagai caleg ternyata tidak punya visi kepemudaan baik di kota maupun didaerah, Hanya saja karena mereka punya akses terhadap kekuasaan atau turunan genetis dari politis tua. Tapi tidak dapat mempergunakan anggaran untuk memfasilitasi ruang terbuka bagi kretifitas anak muda, Supriadi mengungkapkan.
Menurut Supriadi, syarat yang harus dilakukan pemudah untuk melihat caleg yang berkualitas. dengan cara melihat desain dan program, serta isu yang disampaikan dalam kampanyenya, apakah itu realistis, berkaitan dengan kebutuhan anak muda dari kebijakan yang lebih luas. Kalau caleg hanya menyelenggarakan lomba-lomba seperti futsal, kata Supriadi, itu kerja jangka pendek yang hanya meraih simpati suara anak muda. Tetapi tidak ingin meraih pemikiran visi dan misi bersama anak muda dalam mencerdaskan Bangsa Indonesia.
Saya tidak mempunyai nama-nama caleg yang layak atau tidak. Tetapi anak muda harus punya kriterianya sendiri dan itu dlihat dari program-programnya saat kampanye. Karena setelah mereka terpilih bukan tidak mungkin lomba-lomba itu akan dihentikan dan mereka kembali berkecimpung sebagaimana politisi lainnya. Tidak punya kerangka kerja, dalam perspektif kepemudaan untuk melakukan fungsi-fungsi legislatif dan pengawasan terhadap peraturan yang memajukan pemuda dalam jangka panjang, pungkasnya.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...