Pemimpin Gaza, Yahya Sinwar, Disebut Temui Para Sandera Serangan 7 Oktober
GAZA, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, berbicara dengan para sandera Israel ketika mereka ditahan di bawah tanah di Gaza setelah penculikan mereka pada 7 Oktober di tengah serangan mengejutkan kelompok teror tersebut terhadap Israel, menurut laporan media berbahasa Ibrani pada hari Senin (27/11).
Sinwar, pemimpin kelompok teror di Gaza, berbicara kepada para sandera dalam bahasa Ibrani yang nyaris tanpa aksen dalam upaya untuk meyakinkan mereka setelah mereka diseret ke Gaza, lapor berita Channel 12, mengutip informasi dari seorang sandera yang baru saja dibebaskan.
Pertemuan tersebut berlangsung di sebuah terowongan, saluran tersebut melaporkan, tak lama setelah serangan tanggal 7 Oktober di mana teroris Hamas mengamuk di Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 240 orang.
“Halo, saya Yahya Sinwar. Anda yang paling terlindungi di sini. Tidak akan terjadi apa-apa pada Anda,” kata Sinwar kepada kelompok tersebut, menurut laporan tersebut.
Seorang sandera yang hadir menceritakan kejadian tersebut kepada keluarganya dan juga memberi pengarahan kepada petugas keamanan, yang membenarkan cerita tersebut, kata Channel 12.
Menurut laporan tanpa sumber di media Israel, Haaretz, hari Senin, semua sandera yang hadir untuk mendengarkan Sinwar berasal dari Nir Oz, sebuah kibbutz yang menderita kerugian besar pada 7 Oktober.
Pemimpin teror tersebut, yang diyakini telah merencanakan dan mengizinkan kekejaman pada tanggal 7 Oktober, belajar bahasa Ibrani di penjara Israel setelah ia dinyatakan bersalah pada tahun 1989 karena memimpin penculikan dan pembunuhan dua tentara Israel, serta empat warga Palestina yang ia curigai bekerja dengan Israel. Dia dijatuhi hukuman empat hukuman seumur hidup namun dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengembalikan tentara Israel yang ditangkap, Gilad Shalit.
Tahun lalu, Betty Lahat, mantan sipir Penjara Hasharon dan kepala Departemen Intelijen Penjara Israel, mengatakan kepada surat kabar, Maariv, bahwa Sinwar menggunakan waktunya di penjara untuk belajar sebanyak mungkin tentang orang Israel.
“Dia adalah orang yang sangat cerdas yang berinvestasi dalam pengembangan intelektualnya dan pemahaman mendalam tentang masyarakat Israel,” katanya.
Sinwar dikenal karena retorikanya yang berapi-api dan mendukung serangan teror di Israel dan Tepi Barat. Dia terpilih untuk memimpin Hamas di Gaza pada tahun 2017, menggantikan Ismail Haniyeh. (ToI)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...