Pemimpin Gereja Assyria Ditangkap Keamanan Iran
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM - Seorang pemimpin gereja Assyria dan dua orang lainnya ditangkap di Teheran, Iran pada hari Jumat (26/12) oleh Pasukan Keamanan Negara Iran, kata sebuah media online Kristen berbahasa Persia, sepertu dikutip ankawa.com.
Sekelompok agen berseragam menggerebek rumah Pastor Victor Beth tarmez, yang telah berkali-kali diintimidasi oleh pihak berwenang karena menggunakan bahasa Persia dalam pelayanan ibadah.
Seorang juru bicara Aliansi Gereja-gereja Iran yang beranggota gereja-gereja injili dan protestan, mengatakan kepada mediam, "Pasukan keamanan negara menggerebek rumah Pastor Victor Beth Tarmez, menyita barang-barang pribadi dan membawanya ke penjara Evin.’’
"Dalam beberapa tahun terakhir kita telah mengalami gelombang penangkapan terhadap orang Kristen selama masa perayaan Natal," katanya.
Para agen yang menggerebek rumah itu disebutkasn memisahkan jemaat laki-laki dan perempuan yang sedang menghadiri perayaan Natal. Mereka mencari dan menyita dokumen, identitas mereka, dan telepon.
Para agen itu menggeledah rumah dan menyita barang-barang Pendeta termasuk komputer, buku, dan telepon seluler.
Dalam beberapa pekan terakhir banyak dilaporkan penangkapan dan pelecehan terhadap umat Kristen di Iran.
Satu laporan mengatakan bahwa sembilan orang Kristen ditangkap di sebuah gereja rumah di kota Roudehen, di Provinsi Teheran, Iran, pada hari Natal dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui.
Sembilan orang itu bernama Mehdi Kian, Ali Sadraddin, Mohammad Kazemi, Azin Faroudi, Mohammad Hossein Moridian, Maryam Narimani, Alireza Nasiri, dan Bruder Matin.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, disebutkan baru-baru ini mengatakan dalam sebuah pidato di kota Qom bahwa fenomena gereja rumah dan dan kelompok penganut Baha'i adalah bentuk permusuhan terhadap Republik Islam negara itu.
Fathih 4 Tahun Dipenjara
Sementara itu, setidaknya ada dua pendeta di Iran yang sekarang mendekam dipenjara, karena agama yang merak anut. Pastor Farshid Fathi telah empat tahun dipenjara di Iran, dan kini berada di penjara Evin di Teheran.
Fathi ditangkap pada bulan Desember 2010 dengan tunuhan memimpin jaringan gereja rumah, dan kemudian dinyatakan bersalah karena 'bertindak melawan keamanan nasional' dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
Namun menurut Miles Windsor, urusan startegi publik yang berbasis di London dan bekerja untuk kepentingan orang Kristen yang dianiaya di Timur Tengah, seperti disebutkan oleh situs christiantoday.com bahwa Fathi dihukum hanya karena orang Kristen yang tinggal di negara Islam.
Ayah dua anak yang berumur 35 tahun itu terlahir sebagai Muslim, dan menjadi Kristen pada usia 17 tahun. Windsor menulis bahwa menjadi seorang Kristen di Iran, di mana agama resmi negara adalah Islam Syiah, adalah hal yang berbahaya.
Windsor menyatakan dalam artikelnya di Wall Street Journal, "Para mullah bertindak sangat keras pada umat Islam Iran, apalagi Pastor Fathi, yang telah berani untuk masuk beragama Kristen.’’
Disebutkan juga bahwa "Alkitab berbahasa Persia dilarang di negara itu, dan orang yang ‘’murtad’’ dihukum mati di bawah hukum Syariah, yang menjadi jantung hukum pidana di Iran.’’
Winsor dalam tulisan itu menyebutkan, "Untuk menutupi penganiayaan terbuka dan perpindahan menjadi Kristen, pemerintah Teheran biasanya memenjara mereka dengan tuduhan demi keamanan nasional atau dengan dalih bahwa mereka mata-mata kekuatan asing."
Saeed Abedini
Situasi yang serupa dialami Pendeta Saeed Abedini yang telah tiga tahun meringkuk di pejara Iran . Dia seorang berdarah Iran yang tinggal di Idaho, Amerika Serikat. Dia dipersalahkan karena melayani warga gereja di rumah-rumah, dan dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Keluarganya menyebutkan dia dianiaya karena pindah keyakinan menjadi seorang Kristen.
Menurut American Center for Law & Justice (ACLJ), sebuah kelompok advokasi untuk pembebasan Abedini, dia dipukuli di dalam penjara dan membutuhkan perawatan medis segera.
Sekitar 200.000 orang menandatangani petisi yang dikeluarkan ACLJ yang menuntut pembebasan Abedini. "Selama Natal, ketika kita merayakan kelahiran Yesus, kita juga harus ingat pada pendeta Saeed dan orang Kristen lainnya yang dipenjara karena iman mereka di seluruh dunia," kata Direktur Eksekutif ACLJ, Jordan Sekulow, kepada HuffPost. Berikut ini surat Saeed Abedini yang dikirim dari penjara di Iran.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...