Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir Tuduh Al-Sisi Tiran
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir, Mohamed Badie, menuduh mantan panglima militer Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, yang diperkirakan akan menjadi presiden berikutnya negara itu, sebagai seorang tiran dan diperkirakan dia akan gagal untuk berkuasa.
Badie berbicara pada hari Selasa (1/4) dari dalam kerangkeng dalam ruang sidang di mana dia menghadapi tuduhan menghasut kekerasan. Badie juga menolak tuduhan bahwa Ikhwanul Muslimin terlibat dalam terorisme.
"Rakyat tidak akan menerima tiran tentara," kata Badie mengacu pada al-Sisi, seperti dikutip Al Ahram dari Reuters. Al-Sisi mengundurkan diri dari militer pada hari Rabu pekan lalu untuk mengikuti pemilihan presiden pada 26-27 Mei mendatang.
Penggulingan Presiden Mohammed Morsi dari Ikhwanul Muslimin pada Juli lalu diikuti penangkapan terhadap pimpinan dan anggota Ikhwanul Muslimin, dan merupakan yang terbesar dalam sejarah 86 tahun organisasi itu. Ratusan pendukungnya meninggal dalam sebuah protes oleh kelompok pro Morsi pada Agustus lalu, dan ribuan lainnya termasuk Morsi ditangkap.
Badie dan sejumlah pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya telah diadili dalam beberapa kasus. Hal itu melumpuhkan gerakan Islam mainstream itu, padahal sayap politik gerakan itu memenangi hampir setiap pemilihan sejak pemberontakan berhasil menggulingkan presiden otokratik dan mantan jenderal, Hosni Mubarak pada tahun 2011.
Badie (70 tahun), dan 50 pimpinan Ikhwanul Muslimin diadili hari Selasa terkait kasus kekerasan yang terjadi ketika pasukan keamanan membubarkan protes kelompok pro Morsi Agustus lalu.
Para tergugat, seperti dilaporkan Al Ahram, menolak seluruh tuduhan dan proses peradilan. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan Mesir, membaca ayat Al Quran dan membuat gerakan empat jari yang melambangkan perlawanan Ikhwanul Muslimin atas represi oleh negara.
Sementara itu, dilaporkan bahwa pengacara para terdakwa mundur dari sesi di pengadilan setelah hakim menolak salah satu permintaan mereka.
Al-Sisi mendapat dukungan lebih banyak rakyat Mesir dengan mencopot presiden dari Ikhwanul Muslimin dan berjanji untuk menghancurkan "teroris" yang menyerangan pemerintah dan mempersalahkan pada kelompok tersebut.
"Kelompok ini selama lebih dari 85 tahun tidak pernah terlibat dalam terorisme dan tidak pernah menyerah kepada terorisme apapun, bahkan jika itu dipraktikkan oleh negara, dan telah banyak dialami demi hal itu," kata Badie. Dia mengenakan kemeja longgar.
"Mereka (pemerintah saat ini) adalah teroris. Sisi ini adalah salah satu yang diproduksi terorisme," kata Badie.
Ikhwan menuduh negara Mesir melatih "terorisme" dengan mengumpulkan ribuan orang dan terlibat dalam kelompok hak asasi manusia yang dikatakan sebagai pelanggaran. "Mereka (pemerintah) adalah orang-orang yang membunuh rakyat Mesir," kata Badie.
Hanya 33 dari 51 terdakwa yang tampil dalam pengadilan pada hari Selasa itu, sementara 18 orang lainnya diadili in absentia.
Keributan terjadi di pengadilan setelah hakim mengatakan bahwa terdakwa dari Ikhwanul Muslimin, Salah Sultan, seorang profesor di Universitas terkenal Al-Azhar, untuk "tutup mulut" setelah dia mengeluh tidak mampu mendengar proses persidangan.
Ketika pengacara meminta agar berbicara dengan nada yang lebih lembut kepada Sultan, karena dia seorang sarjana agama, hakim hanya tersenyum.
Para terdakwa berdiri memunggungi hakim, dan setelah hakim memerintahkan Sultan dengan berteriak, "Turun , turun dengan kekuasaan militer." Rencananya keputusan sidang akan disampaikan pada 6 April.
Gehad el-Hadad, terdakwa lainnya dalam sidang pengadilan pada hari Selasa, mendesak kekuatan dunia untuk mempromosikan demokrasi di Mesir. "Para pemimpin dunia yang berbicara atas nama demokrasi, sekarang adalah waktu untuk berdiri untuk mengakhiri kudeta militer," kata Hadad dalam bahasa Inggris.
"Kami berjuang untuk kebebasan negara kami. Hal ini berubah menjadi keluarga Sisi. Kami akan terus berjuang untuk kebebasan kami. Kami tidak akan menyerah."
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...