Pemimpin Kristen India Kecam Kerusuhan yang Tewaskan 38 Orang
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM - Para pemimpin Kristen dari berbagai denominasi di ibu kota India mengecam keras kerusuhan terbaru yang meletus di New Delhi dan meminta gereja-gereja mereka untuk membuka pintu bagi para korban kerusuhan.
Tiga hari kerusuhan, yang meletus sejak 23 Februari, telah menewaskan sedikitnya 38 orang, dalam kekerasan paling mematikan di kota itu sejak kerusuhan nasional 1992 akibat pembongkaran masjid Babri di Ayodhya di Uttar Pradesh, dan mungkin sejak kerusuhan anti-Sikh tahun 1984 setelah pembunuhan perdana menteri Indira Gandhi saat itu, kata laporan media.
Kondisi tenang namun mencekam di kota itu pada hari Kamis (27/2), dengan pengerahan pasukan keamanan yang ketat. Polisi Delhi telah menangkap lebih dari 130 orang dan menahan lebih dari 400 orang.
“Pada saat yang sulit ini ketika kerusuhan massal tiba-tiba mencengkeram Delhi, mari kita maju dengan doa-doa kita dan segala upaya yang mungkin untuk membawa bantuan kepada orang-orang yang terkena dampak dalam hal tempat tinggal, makanan, dan pakaian,” imbau Uskup Agung Anil Couto dari Delhi dalam suratnya.
Dia mengajak para pastor parokinya untuk menyediakan tempat mereka "untuk tujuan mulia ini di masa Prapaskah. Tolong sampaikan ini kepada orang-orang kita dan atur mereka untuk bertindak."
Kerusuhan pecah ketika para pendukung UU Kewarganegaraan (Citendens Amendment Act/CAA) bentrok dengan penentangnya, kelompok mayoritas Hindu melawan minoritas Islam.
CAA yang disahkan pada 11 Desember tahun lalu, memungkinkan minoritas dari Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan yang menetap di India sebelum 2015 untuk memperoleh kewarganegaraan India tetapi tidak termasuk Muslim.
Ditambah dengan Daftar Warga Negara (National Register of Citizens/NRC) yang diusulkan, umat Islam semakin khawatir langkah itu dimaksudkan untuk melucuti jutaan anggota komunitas mereka sebagai warga negara. Orang-orang dari kasta dan identitas gender yang kurang beruntung lainnya, serta perempuan, khawatir mereka rentan terhadap NRC.
“Kemanusiaan telah dirobohkan sekali lagi, rumah kami dibakar, keluarga kami terbunuh, perdamaian kami dihancurkan, dan dikhianati di masa depan,” kata pernyataan 26 Februari dari Dewan Gereja-Gereja Nasional di India (National Council of Churches in India/NCCI), forum Protestan dan Gereja Ortodoks di India.
“Kami menghimbau anggota dari tradisi Kristen yang berbeda untuk saling memfasilitasi, dan semua yang lain dari tradisi kepercayaan dan keyakinan ideologis yang berbeda di lingkungan mereka, untuk bangkit,” kata pernyataan yang ditandatangani oleh Pendeta Asir Ebenezer, sekretaris jenderal NCCI.
Pernyataan itu mengecam "serangan pengecut terhadap yang rentan dan yang lemah di berbagai lokasi di New Delhi, keterlibatan eksplisit atau implisit dan persekongkolan dari mereka yang berkuasa dan berwenang."
NCCI juga mengimbau gereja-gereja dan organisasi-organisasi Kristen di daerah-daerah yang terkena dampak untuk merespons secara tepat mereka yang membutuhkan.
Persekutuan Injili India (Evangelical Fellowship of India/EFI), aliansi nasional Kristen evangelis, mengecam "kekerasan dan pembunuhan yang tercela sebagai hasil kepentingan politik pribadi dan kekuatan kebencian."
Pernyataan EFI yang ditandatangani oleh sekretaris jenderal Pdt. Vijayesh Lal mengimbau masyarakat Delhi untuk “menjaga perdamaian dan tidak menyerah pada kata-kata pedas yang disuapi oleh desas-desus dan menyebar melalui media sosial. Kita jangan biarkan kebencian menang.”
Mereka juga meminta jemaatnya di daerah Delhi untuk membuka "hati dan fasilitas mereka bagi para korban dan datang untuk membantu orang-orang yang tidak berdaya dan putus asa. Ini akan menjadi tindakan pelayanan kita kepada Tuhan kita, di masa Prapaskah ini." (UCANEWS)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...