INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda
01:00 WIB | Senin, 15 September 2014
Pemimpin Malas
Keunggulan hanya akan dicapai oleh mereka yang setia pada tujuan terbaik.
SATUHARAPAN.COM – Malas tidak harus berarti tidak melakukan apa-apa. Malas bahkan bisa terjadi pada pimpinan yang giat bekerja, namun tidak memberikan cukup upaya untuk menghasilkan yang terbaik. Mungkin tujuh kemalasan kepemimpinan berikut mewakili kelemahan pemimpin pada umumnya:
- Menerima jawaban tanpa mempertanyakan lebih dalam. Membuat keputusan berdasarkan data yang minim adalah kemalasan. Pemimpin selayaknya mengambil keputusan secara sistematis setelah data yang diperlukan terpapar. Mengapa pemimpin memilih jalan pintas dan tidak mendesak terkumpulnya fakta? Kadang karena memang tak ada waktu untuk mengumpulkan fakta, kadang karena sekadar ingin menghindari keputusan yang sulit, atau bahkan menghindar dari fakta yang tak enak didengar. Pemimpin ini efisien, namun sekadar efisien bukan cara untuk menjadi efektif. Kedua aspek seharusnya dicapai.
- Tidak mendelegasikan. Tak jarang orang berpendapat, pemimin yang banyak mendelegasikan adalah pemimpin yang malas. Namun sebaliknya, kurang mendelegasikan justru merupakan ciri pemimpin malas karena menunjukkan ia tidak cukup berupaya membuat bawahannya memahami visi dan strategi. Pemimpin yang rajin akan memberdayakan orang lain, dan dengan demikian akan melahirkan pimpinan baru, serta menikmati kerja sama tim yang lebih tangguh.
- Mudah menyerah. Persoalan tidak selalu mudah dipecahkan. Pemimpin yang rajin akan berjuang terus jika meyakini bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan yang baik dan layak diperjuangkan. Patah di tengah jalan tanpa sepenuhnya berjuang keras untuk mencapainya hanya mengirimkan pesan kepada bawahan bahwa ”benar, banyak hal dalam hidup tak bisa dicapai” dan itu mematahkan daya juang.
- Tidak berinvestasi menghasilkan pemimpin baru. Setiap orang akan lebih nyaman berada di sekitar orang-orang yang sepaham. Nyatanya, pemimpin baru sering kali muncul dalam diri orang yang berani berlawanan dengan kita. Mereka yang memegang prinsip dan tidak ingin menyerah sebelum prinsipnya dapat dipatahkan.
- Menerima apa adanya suatu hasil kerja yang asal jadi. Tidak mudah memang mendorong orang untuk mencapai yang terbaik, berjalan satu mil lebih jauh dari yang diminta, dan bukannya sekadar menyelesaikan tugas. Perlu berlelah-lelah untuk mendorong, memotivasi, menginspirasi, butuh waktu dan pemikiran. Namun perlu diingat, keunggulan hanya akan dicapai oleh mereka yang setia pada tujuan terbaik. Merekalah pemimpin masa depan. Bayangkan kebahagiaan Anda jika mereka lahir dari kepemimpinan Anda.
- Tidak cukup memberi penjelasan. Semata-mata memberi instruksi tak akan pernah melahirkan pemimpin baru. Mengapa sesuatu perlu dikerjakan dan apa yang akan dicapai, itulah yang akan melahirkan pekerja kritis, bersemangat mencapai tujuan, dan pastinya: calon pemimpin baru.
- Menghindari konflik. Tak ada orang suka konflik. Tetapi pertentangan pendapat pasti akan datang tanpa diundang. Pemimpin tak diperlukan jika semua jalan sudah tertata rapi dan tak ada persimpangan yang harus dilalui. Pemimpin yang rajin akan berusaha mencari alternatif ke tiga: bukan semata-mata kepentinganku, bukan juga kepentinganmu, melainkan kepentingan di atas keduanya yang menghasilkan sesuatu yang baik bagi keduanya.
Jika Anda menghasilkan pengikut dan bukan sekadar anak buah, maka tanda-tanda Anda seorang pemimpin yang rajin sudah terlihat.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...