Pemimpin Oposisi Iran Mundur
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin utama oposisi Iran, Mehdi Karroubi, yang berada dalam tahanan rumah selama hampir enam tahun, mengumumkan dia berhenti dari kepemimpinan partainya, Kepercayaan Nasional, kata laporan media Iran, hari Selasa (27/12).
Karroubi dan Mir Hossein Mousavi adalah calon presiden dari kubu reformis pada pemilihan presiden 2009. Dia menggugat kemenangan yang mengejutkan dari calon kubu konservatif, Mahmoud Ahmadinejad, yang mendorong bangkitnya protes massal.
Dua tahun kemudian, kedua pemimpin tersebut dimasukkan dalam tahanan rumah karena aksi protes mereka, namun oleh pemimpin rezim Iran, mereka dituduh melakukan "hasutan".
"Mengingat situasi saya sejak itu (2011) dan mengingat bahwa saya tidak tahu berapa lama (penahanan) ini akan berlangsung, saya meminta teman-teman saya untuk menerima pengunduran diri saya," kata Karroubi, 79 tahun, menulis dalam sebuah surat kepada partainya, menurut surat kabar reformis, Shargh yang dikutip AFP.
Upaya untuk pengadilan ulang bagi Karroubi dan Mousavi sejauh ini tidak berhasil dan diabaikan pemerintah Iran.
Kelompok garis keras Iran mengklaim tahanan rumah itu sebenarnya merupakan "tindakan memberi grasi" untuk kedua pemimpin, karena jika tidak, mereka akan dihukum mati karena tuduhan menghasut, menurut pernyataan anggota parlemen ultra konservatif, Mojtaba Zolnour, pekan lalu.
Sadegh Larijani, kepala peradilan Iran, yang dianggap dekat dengan kelompok garis keras, mengatakan pada hari Senin (26/12) bahwa "berkas perkara hasutan masih terbuka dan akan diperiksa." Namun dia tidak memberikan rincian informasi lebih lanjut.
Karroubi mengatakan pengunduran dirinya itu bertujuan untuk menjaga persatuan partainya, Kepercayaan National, menjelang pemilihan presiden pada bulan Mei. Namun partainya itu dilarang terlibat sejak penangkapannya.
"Sambil menjaga independensi, partai harus bekerja sama dengan kelompok-kelompok reformis dan gerakan lainnya," tulisnya.
Presiden Hassan Rouhani, seorang moderat yang bersekutu dengan kelompok reformis yang memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2013, telah gagal untuk menjamin pembebasan Karroubi dan Mousavi, seperti yang dijanjikan selama kampanye.
Kelompok reformis dan moderat Iran mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan aliansi mereka menjelang pemilu bulan Mei, dan Rouhani diharapkan bisa memenangi lagi untuk masa jabatan kedua.
Sementara kubu konservatif juga telah berusaha untuk menyatukan faksi-faksi yang berbeda di kalangan mereka. Sebuah kelompok baru yang disebut Front Populer Angkatan Revolusi Islam diumumkan pada hari Minggu (25/12) yang bertujuan agar pemilihan dengan calon tunggal untuk menghadang pencalonan Rouhani.
Editor : Sabar Subekti
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...