Pemuda Harus Kawal Bangsa dengan Membangun Optimisme Kolektif
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-88. Pemuda harus mengawal perjalanan bangsa dengan membangun optimisme kolektif.
“Optimisme kolektif itulah mestinya yang menjadi ruh perjuangan gerakan pemuda di momentum peringatan ke-88 Hari Sumpah Pemuda saat ini, sekaligus mengantisipasi gejala pesimisme massal yang semakin mendera di Indonesia,” kata Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq dalam Simposium menyambut 88 tahun Sumpah Pemuda di Grha Oikumene PGI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, hari Jumat (28/10).
Pada ruang kosong itu, kata Maman setiap pemuda dituntut harus tetap kritis dalam mengawal perjalanan bangsa, dan tetap juga optimistis menatap masa depan.
“Itulah yang dimaksud dengan gerakan kepemudaan yang inklusif dan integral yaitu gerakan moral,gerakan intelektual, sekaligus gerakan membangun optimisme kolektif bangsa,” kata dia.
Politisi Partai PKB ini menilai untuk mewujudkan mimpi Indonesia yang lebih inklusif adalah mimpi bagi semua warga negara. Dengan menyadari pentingya sebuah keragaman dan kebinekaan Indonesia, maka pemuda benar-benar menjadi sebuah kekuatan bangsa dalam melakukan berbagai perubahan dan pembaruan.
Selain itu, kata Maman, pemuda dituntut memiliki integritas dan kapasitas keahlian serta intelektual mumpuni, dan pemuda juga harus memiliki karakter kepemimpinan yang peduli dan profesional.
“Karakter ini tidak bisa didapatkan di dalam ruang belajar saja. Kepemimpinan didapatkan dari pengalamanan aktivitas keorganisasian, baik di kampus maupun di lingkungan masyarakat,” kata dia.
Maman berpendapat para pemuda harus dilatih untuk menyelesaikan berbagai konflik dan persoalan, diasah kemampuan manajerialnya, dan dilatih untuk peduli dan memahami lingkungan serta mesyarakat. Di sini pula, kepekaan sosial dan kekritisan sering kali tumbuh. Justru para pemuda dan mahasiswa yang memiliki karakter kepemimpinan inilah yang di masa depan diperlukan untuk menggerakkan masyarakat dalam meraih kesuksesan sekaligus menanggapi kegemilangan Indonesia.
“Di era globalisasi seperti sekarang ini, optimisme merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Ketika optimisme hilang dari dalam diri sesorang manusia, maka sebenarnya ia gagal meraih harapannya,” kata dia.
Editor : Sotyati
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...