FOTO
Penulis: Dedy Istanto
13:43 WIB | Rabu, 25 Februari 2015
Pemuda Muhammadiyah Minta Abbot Minta Maaf
Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Kedutaan Besar Australia Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (25/2) menuntut Perdana Menteri Australia Tony Abbot untuk meminta maaf kepada Pemerintah Indonesia atas pernyataannya yang mengkaitkan bantuan kemanusiaan dengan hukuman mati kedua warganya yang akan menjalankan hukuman eksekusi mati. (Foto-foto: Dedy Istanto).
Salah satu peserta aksi unjuk rasa mengenakan topeng bergambar wajah Perdana Menteri Tony Abbot yang dipenjara dalam aksi unjuk rasa yang digelar di depan gedung Kedutaan Besar Australia Jakarta Selatan.
Para Pemuda Muhammadiyah saat menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Kedutaan Besar Australia yang menuntut Perdana Menteri Australia Tony Abbot meminta maaf kepada Pemerintah Indonesia.
Para pemuda Muhammadiyah saat berorasi di atas mobil menuntut Perdana Menteri Australia meminta maaf kepada Pemerintah Indonesia atas pernyataannya yang menghina misi kemanusiaan.
Berbagai atribut berupa poster bergambar wajah Perdana Menteri Australia yang dibawa oleh puluhan Pemuda Muhammadiyah yang menggelar aksi di depan gedung Kedutaan Besar Australia Jakarta Selatan.
Para peserta aksi saat menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Australia Jakarta terkait dengan pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbot yang telah menghina Pemerintah Indonesia.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah berunjuk rasa tuntut Perdana Menteri Australia Tony Abbot minta maaf atas pernyataannya. Aksi unjuk rasa digelar di depan gedung Kedutaan Besar Australia Jalan H.R Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (25/2) membawa sejumlah atribut berupa poster yang berisi protes.
Dalam aksinya Pemuda Muhammadiyah meminta Tony Abbot untuk meminta maaf secara langsung kepada Pemerintah Indonesia atas pernyataannya terkait dengan sikap balas budi terkait dengan eksekusi mati kedua warganya dengan bantuan bencana Tsunami yang terjadi di Aceh pada 2004 lalu. Muhammadiyah menilai Tony Abbot telah merusak makna empati dan simpati yang mengkaitkan bantuan kemanusiaan dengan proses hukum.
Selain itu meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk segera melakukan eksekusi mati terhadap terpidana narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba) yang saat ini masih berada di tahanan. Tuntutan lainnya Pemuda Muhammadiyah meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk segera menarik Duta Besar Republik Indonesia di Australia dan memutus hubungan kerja sama diplomatik dengan Pemerintah Australia.
KABAR TERBARU
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...