Penderita Diabates Bertambah, Insulin Makin Langka
SATUHARAPAN.COM – Laporan baru tentang diabetes mengingatkan adanya kelangkaan insulin di seluruh dunia pada masa depan, akibat melonjaknya jumlah orang yang menderita diabetes tipe dua, dan membutuhkan hormon supaya tetap sehat dan bertahan hidup.
Harun Abdalla adalah salah seorang dari lebih 400 juta orang dewasa di dunia yang mengidap diabetes tipe dua.
“Ketika saya didiagnosa menderita diabetes, saya mulai merasa hidup saya akan berakhir,” kata Abdalla, seperti dilaporkan Faith Lapidus dari VOA.
Abdalla tinggal di Kibera, sebuah perkampungan kumuh terbesar di Afrika. Ia kehilangan pekerjaannya ketika didiagnosa menderita penyakit itu pada 2006 dan hampir tidak mampu membeli insulin. Belum lagi untuk menjalani diet sebagaimana yang disarankan dokter.
“Saya merasa tidak ada harganya di dunia ini,” kata Abdalla.
Hampir tidak satu orang pun di Kibera yang mampu membeli obat. Pemerintah telah mendirikan sebuah fasilitas kesehatan yang mensubsidi biaya obat-obatan diabetes. Tetapi pasien yang datang terus bertambah.
Faktor terbesar yang membuat semakin banyak, “Kami cenderung tidak aktif. Kurang berolahraga dan diet. Saya ingin mengatakan kepada warga di Kibera yang kami layani, tampaknya diet kita yang tidak baik telah ikut memicu banyaknya orang yang menderita diabetes,” kata Irene Aoko, petugas medis di Layanan Kesehatan Kibera South.
Menurut studi terbaru di jurnal kedokteran Lancet, jumlah orang dewasa yang menderita diabetes tipe dua di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat menjadi 511 juta orang pada 2030.
Peneliti utama Dr Sanjay Basu mengatakan warga yang paling sulit mendapatkan insulin adalah mereka yang berada di sub-Sahara Afrika.
“Sebagaimana diperkirakan, di Asia dan Sub-Sahara Afrika kami kekurangan insulin,” kata Sanjay Basu.
“Apa yang tidak menggembirakan adalah meskipun telah terjadi perubahan besar dalam diet dan gaya hidup secara keseluruhan di seluruh dunia, masih tetap ada peningkatan tajam diabetes tipe dua di Afrika dan Asia, dan pada saat yang sama stok insulin menurun. Jadi, ini skenario yang tidak baik,” papar Sanjay.
Tiga perusahaan farmasi memproduksi 96 persen insulin bagi kebutuhan di seluruh dunia, dan belum dapat dipastikan apakah mereka dapat meningkatkan produksi insulin guna memenuhi tuntutan tambahan di masa depan.
Basu mengakui bahwa kelangkaan insulin yang diperkirakannya, mungkin tidak akan benar-benar terjadi.
Meskipun studi itu didasarkan pada data dari 60 persen penderita diabetes tipe dua di seluruh dunia, para peneliti belum mengetahui perubahan demografi di negara-negara Afrika. Juga perubahan diet dan olahraga yang mungkin dapat membuat kebutuhan insulin sebenarnya jauh lebih kecil.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...