Pendeta Gereja Negara Ditahan di China
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Seorang pendeta dan 20 anggota gereja Kristen yang mendapat pengakuan dari otoritas China, ditahan. Keberadaan mereka tidak diketahui. Putri sang pendeta dan sebuah kelompok HAM, melaporkan kejadian itu, Senin (18/11).
Sudah bukan rahasia lagi otoritas komunis sering bentrok dengan anggota gereja tidak resmi, dengan dampak penghancuran rumah-rumah ibadah dan pemukulan terhadap anggota paroki. Tetapi, tidak biasa bagi otoritas untuk menindak keras gereja yang diakui negara seperti Nanle Church, bagian dari National Three-Self Patriotic Movement yang dijalankan otoritas China, nama resmi untuk gereja Protestan yang diakui pemerintah.
Zhang Shaojie, pendeta gereja Provinsi Henan di China tengah, ditahan oleh sekitar 12 petugas polisi tidak beberapa lama setelah tiba di kantornya di gereja itu pada Sabtu (16/11), kata putrinya Zhang Yueyue, kepada AFP.
“Sudah 48 jam, dan kami masih belum tahu di mana ayah kami berada,” Yueyue (27) menambahkan, “Pemerintah mulai menahan orang-orang. Jadi adik saya dan saya melarikan diri.”
Kelompok advokasi Kristen yang berbasis di Amerika Serikat ,ChinaAid, mengatakan selain Zhang sedikitnya 20 anggota lainnya dari gereja Protestan ditahan. Polisi ditempatkan di luar bangunan pada Minggu (17/11) untuk mencegah anggotanya masuk beribadah.
“Beberapa di antaranya ditahan di rumah mereka, beberapa lainnya saat berada di gereja,” kata Jack Sun, seorang pegawai ChinaAid, kepada AFP, “Semua umat Kristen dari gereja itu mengkhawatirkan mereka.”
Polisi di Nanle tidak langsung memberikan komentar. Tidak ada penjelasan pula mengenai alasan gereja tersebut dijadikan target.(AFP/Antara)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...