Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sabar Subekti 13:34 WIB | Sabtu, 29 Juni 2024

Peneliti Jelaskan Bagaimana Tonggeret Bersuara Khas dan Sangat Keras

Tonggeret atau cicadas berkala dewasa menempel di dahan pohon di Morton Arboretum Visitor Center pada Kamis, 6 Juni 2024, di Lisle, Illinois. (Foto: dok.A/Carolyn Kaster)

WHEATON-ILLINOIS, SATUHARAPAN.COM-Bagian yang paling mencolok dari invasi tonggeret (cicadas) yang menyelimuti Amerika Serikat bagian tengah adalah suaranya — sebuah lagu yang menakutkan dan sangat keras yang masuk ke telinga seseorang, dan tidak akan membiarkan suara lain masuk.

“Ini kekacauan yang indah,” kata Rebecca Schmidt, ahli entomologi penelitian Departemen Pertanian AS. “Itu memang menghasilkan simfoni seperti ini.”

Lagu-lagunya – hanya dari yang jantan – adalah panggilan kawin. Setiap spesies tonggeret atau cicadas, serangga dari family cicadoidea, secara periodik memiliki kicauannya sendiri yang berbeda, namun ada dua yang menonjol: spesies cicadas bergaris oranye atau cicadas firaun, dan cicadas cassini, yang lebih kecil dan tidak memiliki garis oranye di perutnya.

“Yang paling sering kita dengar adalah cassini, jejak yang naik seperti gelombang dan kemudian kembali turun,” kata Jennifer Rydzewski, ahli ekologi serangga di DuPage County Forest Preserve, dalam sebuah wawancara di sebuah tempat terbuka dekat sebuah sekelompok pohon.

“Dan setiap kali ia naik dalam gelombang dan kembali turun, Anda akan melihat di puncak pohon sekelompok dari mereka mulai terbang keluar, jadi mereka akan membuat panggilan lalu melompat ke cabang baru dan “menelepon” lagi. Jadi sebenarnya seperti kelompok-kelompok berbeda yang datang secara bergelombang.”

Yang lainnya adalah “dengungan terus-menerus, yang merupakan staccato firaun” dan sesekali seruan individu yang terdengar seperti “eee-ooo” dapat terdengar, katanya. Yang lain mengatakan suaranya lebih seperti “fffaaaro, fffaaaro.”

Suara tersebut berasal dari selaput putih di bagian tengah tubuh jantan yang dibuat bergetar, kata Schmidt dan Rydzewski. Area di bawahnya bertindak seperti ruang gema.

“Fisikanya hampir sama dengan instrumen,” kata Schmidt. “Jadi jika Anda berpikir seperti sebuah drum, Anda dapat memiliki sebuah drum yang cukup kecil yang dipukul oleh seseorang yang tidak memukulnya terlalu keras, dan masih mengeluarkan cukup banyak suara.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home