Peneliti Katuk Raih Fellowship Life Science L'Oreal-UNESCO
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Staf peneliti pada Pusat Studi Satwa Primata-Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB) Fitriya Nur Annisa Dewi meraih penghargaan National Fellowship L'Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2014 dalam kategori Life Science.
Fitriya Dewi membuat ajuan penelitian untuk mengkaji potensi kaempferol asal daun katuk sebagai pencegah kanker pada sel epitel kelenjar susu, adalah satu dari tiga perempuan peneliti yang menerima penghargaan FWIS bersama Dr. Nanik Puwanti dan Dr. rer. nat Witri Wahyu Lestari Ssi. Msc di gedung Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta, Selasa (14/10).
Anugerah bidang Life Science menjadi penting, karena penghargaan ini juga berdimensi untuk kepentingan kemanusiaan dan ajuan penelitian Fitriya Dewi berkaitan dengan upaya kesehatan manusia di masa mendatang.
Daun katuk yang banyak dikonsumsi karena manfaatnya dalam peningkatan produksi ASI, tapi apakah daun katuk dapat memberikan manfaat lain dalam hal ini pencegahan kanker payudara? Pertanyaan semacam ini mendorong Fitriya Dewi mengajukan rencana penelitian khasiat daun katuk dalam pencegahan kanker payudara dengan kultur sel yang dikembangkan dari satwa primata.
"Penelitian saya akan menggunakan model kultur sel epitel kelenjar susu asal satwa primata untuk menelaah pengaruh ekstrak flavonol daun katuk terhadap regulasi reseptor hormon estrogen, dalam kaitan dengan pencegahan kanker,” kata Fitriya Dewi kepada satuharapan.
Dengan perhatian pada penelitian yang mengkaji senyawa estrogen alami (phytoestrogen) asal bahan pangan Indonesia yang dapat bermanfaat bagi kesehatan wanita, maka usulan penelitian Fitriya Dewi ini selengkapnya berjudul “The Potential Cancer-Preventive Effect of Kaempferol from Katuk Leaves (Sauropus androgynous) on the Mammary Gland Epithelial Cells” dilakukan bersama tim peneliti dari PSSP-LPPM IPB yang akan berkolaborasi dengan Prof. Nuri Andarwulan dari South East Asia Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST) IPB.
Daun katuk, berdasarkan studi literatur yang dilakukan, belum banyak yang mempelajari dalam konteks kanker payudara, namun hanya untuk peningkatan produksi Air Susu Ibu (ASI). Dengan penelitian yang akan dilakukan nantinya ingin diketahui apakah ada khasiat pencegah kanker atau tidak. Kajian dan studi yang diajukan oleh Fitriya Dewi dan timnya adalah tahapan awal ke arah penemuan yang akan sangat berguna bagi perempuan nantinya.
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan kedelai pada pencegahan kanker payudara, diketahui kedelai mengandung senyawa flavonoid (genistein dan daidzein) yang bentuknya seperti estrogen yang mampu berikatan dengan reseptor estrogen. Fitriya Dewi mengindikasikan kedelai bisa mempengaruhi resiko kanker payudara, meskipun penemuan ini masih ditelaah lebih lanjut.
“Penelitian pada daun katuk cukup menarik karena kandungan senyawa flavonoid yang dimiliki daun katuk berbeda dengan senyawa yang ada pada kedelai,” demikian penjelasan Fitriya Dewi yang akrab dipanggil dengan Pipit dan putri dari Drh Wiwik Bagja Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Kiprah Peneliti Perempuan
Pemberian penghargaan untuk para perempuan Indonesia yang berprestasi dalam bidang penelitian sains ini digelar untuk ke-11 kalinya. Pada 2014, pemberian penghargaan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Komisi Nasional Indonesia (KNI) untuk UNESCO dengan memilih tiga peneliti perempuan dengan proposal riset luar biasa berbasis sumber daya alam Indonesia.
Ketiga peniliti muda berbakat itu, selain Drh. Fitriya Nur Annisa, PhD, anugerah FWIS untuk kategori Material Science diterima oleh Dr. Nanik Puwanti dan Dr. rer. nat Witri Wahyu Lestari Ssi. Msc. Dr. Nanik Puwanti mengangkat "Pengembangan Mikrokapsul dengan Protein Nanofibrils Menggunakan Proses Aborsi Layer-by-Layer untuk Diterapkan Sebagai Perangkat Pelepasan Terkendali", sedangkan Dr. rer. nat Witri Wahyu Lestari Ssi. Msc, mengambil tema "Produksi Green Diesel dari Minyak Kelapa Sawit".
Sejak berdirinya pada tahun 2004, program FWIS Nasional telah mendapat dukungan dari tiga kementerian Indonesia: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Kementerian Riset dan Teknologi, hal ini karena pentingnya program dalam membantu Indonesia maju berbasis penelitian, terutama dengan mendorong peneliti perempuan yang dapat menginspirasi untuk menjadi ilmuwan dan peneliti pada masa mendatang.
Setiap tahun, L'Oréal memberikan beasiswa FWIS untuk peneliti perempuan muda, dalam kategori Life Sciences dan Material Sciences. Sampai saat ini, L'Oréal telah memberikan beasiswa untuk 34 fellows bagi mereka untuk melakukan proyek penelitian mereka, 5 di antaranya telah diakui secara internasional.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...