Peneliti UGM: Jamur Tiram Kurangi Risiko Osteoporosis
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lima mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) meneliti kandungan dari jamur tiram yang dinilai dapat mengurangi risiko penyakit osteoporosis. Kelimanya ialah Yana Bintoro Priambodo, Rien Larasati Arini, Aida Fathia, Devyanto Hadi, dan Asri Mega Putri.
Setiap tahun, terjadi sekitar 8,9 juta kasus osteoporosis yang sebagian besar terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun. Penggunaan obat sintetik yang kerap digunakan untuk mengurangi proses resorpsi dan mencegah osteoporosis pun ternyata banyak menyebabkan efek samping. Hal ini melatarbelakangi kelima mahasiswa tersebut mencari alternatif yang dapat dilakukan dengan pemanfaatan bahan alam yang lebih aman, efektif, dan efisien, dengan memanfaatkan jamur tiram.
“Pada kasus osteoporosis, ketidakseimbangan jumlah osteoblas dan osteoklas menjadi pemicu utama penyakit ini. Apabila pembentukan osteoklas (osteoklastogenesis) dapat dihambat, maka proses resorpsi tulang akan berkurang. Karena itu, penghambatan osteoklastogenesis dapat dijadikan pendekatan strategis untuk pengobatan osteoporosis,” ujar Ketua Tim Peneliti, Yana, di Yogyakarta, hari Selasa (2/8).
Osteoblas dan osteoklas merupakan komponen yang berperan dalam proses osteoporosis atau reduksi massa tulang yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang.
Akibat osteoporosis ini, penderita sering merasakan nyeri, kehilangan kemampuan untuk bergerak, dan lebih berisiko mengalami patah tulang (fraktur).
Jamur tiram dipilih sebagai objek penelitian karena diketahui memiliki kandungan lovastatin yang berpotensi sebagai alternatif penghambat proses osteoklastogenesis, sehingga mampu meningkatkan diferensiasi osteoblas dan menghambat osteoklastogenesis.
Jamur tiram juga merupakan salah satu jamur konsumsi yang saat ini cukup populer dan memiliki banyak nutrisi seperti protein, serat, karbohidrat, dan rendah lemak.
Pada penelitian ini, mereka menggunakan pemodelan sel makrofag RAW264 yang diinduksi Osteoclast Differentiation Factor (ODF).
Penelitian dilakukan dengan mengamati aktivitas osteoklastogenesis dengan metode Tartrate-Resistant Acid Phosphatase (TRAP) Staining serta untuk memprediksi interaksi ikatan antara lovastatin dengan RANK-RANKL da MAP kinase dengan menggunakan molecular docking.
Dari penelitian yang dilakukan, para mahasiswa itu menemukan bahwa data secara in vitro jamur tiram mampu menjadi agen antiosteoporosis dan mengurangi risiko osteoporosis melalui penghambatan proses osteoklastogenesis.
“Penelitian ini menjadi langkah awal eksplorasi jamur tiram untuk agen anti-osteo yang prospektif, murah, dan aman. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi yang efektif dan spesifik dalam penanganan penyakit osteoporosis tertarget melalui penghambatan osteoklastogenesis,” ujar Yana. (ugm.ac.id)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...