Peneliti Ungkap Sosok “Manusia Es” dari Tes DNA
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Oetzi si Manusia Es memiliki penampilan baru. Beberapa dekade setelah mumi gletser yang terkenal ditemukan di Pegunungan Alpen Italia, para ilmuwan telah menggali kembali DNA-nya untuk memberikan gambaran yang lebih baik tentang sososk pemburu kuno tersebut.
Mereka menentukan bahwa Oetzi sebagian besar adalah keturunan petani dari Turki saat ini, dan kepalanya lebih botak dan kulitnya lebih gelap dari yang diperkirakan sebelumnya, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan hari Rabu (16/8) di jurnal Cell Genomics.
Oetzi, yang hidup lebih dari 5.000 tahun yang lalu, membeku menjadi es setelah dia terbunuh oleh panah di punggungnya. Mayatnya diawetkan sebagai "mumi alami" hingga tahun 1991, ketika pejalan kaki menemukannya bersama beberapa pakaian dan perlengkapannya: termasuk kapak tembaga, busur besar, dan topi kulit beruang.
Sejak itu, banyak peneliti bekerja untuk mengungkap lebih banyak tentang mumi tersebut, yang dipajang di Museum Arkeologi South Tyrol di Bolzano, Italia.
Draf awal genom Oetzi diterbitkan pada 2012. Namun penelitian DNA kuno telah maju sejak saat itu, sehingga para ilmuwan memutuskan untuk melihat kembali gen manusia es, kata penulis studi Johannes Krause, seorang ahli genetika di Institut Antropologi Evolusioner Max Planck, Jerman. Mereka menggunakan DNA yang diekstraksi dari tulang pinggul mumi.
Genom yang diperbarui “memberikan wawasan yang lebih dalam tentang sejarah mumi ini,” kata Andreas Keller dari Universitas Saarland Jerman. Keller mengerjakan versi sebelumnya tetapi tidak terlibat dengan studi terbaru.
Berdasarkan genom baru, penampilan Oetzi ketika dia meninggal sekitar usia 45 sangat mirip dengan penampilan mumi hari ini: Gelap dan tidak memiliki banyak rambut, kata penulis studi Albert Zink, kepala Institute for Mummy Studies di Eurac Research, di Italia. Para ilmuwan sebelumnya mengira manusia es itu berkulit lebih terang dan lebih berbulu dalam hidup, tetapi mayat muminya telah berubah seiring waktu.
Genomnya juga menunjukkan peningkatan kemungkinan obesitas dan diabetes, lapor para peneliti.
Dan nenek moyangnya menunjukkan bahwa dia tinggal di antara populasi yang terisolasi di Pegunungan Alpen, kata Zink. Sebagian besar orang Eropa saat ini memiliki campuran gen dari tiga kelompok: petani dari Anatolia, pemburu-pengumpul dari barat, dan penggembala dari timur. Tetapi 92% keturunan Oetzi hanya berasal dari petani Anatolia, tanpa banyak percampuran dari kelompok lain. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...