Penelitian: Pasangan ke Gereja Bareng, Hidup Lebih Bahagia
SATUHARAPAN.COM – Mereka yang mengatakan keluarga yang berdoa bersama-sama, tetap utuh. Dan mereka mungkin benar. Sebuah penelitian menegaskan.
Penelitian yang dilakukan oleh The Institute of Family Studi menemukan bahwa pasangan yang menghadiri kebaktian bersama lebih bahagia daripada pasangan yang tidak. Selanjutnya, studi ini menemukan, pasangan dengan si pria rajin ke gereja lebih bahagia daripada pasangan yang tidak. Bahkan, jika hanya pria yang menghadiri gereja, pasangan itu lebih bahagia daripada kalau hanya wanita yang hadir. Kutipan penelitian adalah sebagai berikut:
“Tujuh puluh delapan persen pria dan wanita sebagai pasangan yang secara teratur pergi ke ibadah bersama, atau hanya pria yang menghadiri secara teratur, melaporkan bahwa mereka ‘sangat bahagia’ atau ‘bahagia bukan main.’ Penelitian ini sudah disesuaikan dengan perbedaan ras, usia, pendidikan, status perkawinan, wilayah, dan faktor-faktor lainnya.”
“Sedangkan, 67 persen pasangan pria dan wanita yang tidak menghadiri ibadah di gereja yang mengatakan bahagia. Dan, jika hanya perempuan yang hadir di ibadah hanya 59 persen pasangan mengaku bahagia.”
Mereka menganalisis National Survey of Religion and Family Life pada 2006 yang dilakukan pada 1.600 orang berumur 18-59 yang secara heteroseksual terlibat hubungan romantis, menikah atau tidak menikah. Dari situ disimpulkan, kehadiran bersama dan kehadiran pria dalam ibadah, sangat penting dalam suatu hubungan.
Yang menarik, dalam penelitian itu adalah kehadiran pria dalam ibadah sangat berpengaruh dalam kebahagiaan pasangan. Mengapa? Penelitian itu menyebutkan.
“Mungkin wanita yang sangat religius lebih cenderung untuk mencari persekutuan spiritual dengan pasangannya. Itu menyebabkan si wanita kecewa ketika kebersamaan itu tidak ada. Mungkin perempuan yang sendirian menghadiri ibadah lebih cenderung mencari bantuan terkait dengan hubungan yang sulit. Sedang, pria mungkin memperoleh manfaat dari penekanan normatif dan praktis pada lembaga keagamaan yang cenderung menekankan kehidupan keluarga dan kesetiaan perkawinan. Sebab, biasanya pria mencurahkan lebih sedikit waktu dan perhatian untuk kehidupan keluarga daripada wanita. Para pria juga dianggap lebih mungkin untuk tidak setia dibandingkan dengan wanita.”
“Dengan kata lain, lembaga keagamaan dianggap efektif dalam mengubah hati dan pikiran pria untuk memperhatikan pasangan mereka dan hubungan yang lebih baik. Akhirnya, mungkin itu partisipasi keagamaan meningkatkan harapan wanita pada perilaku pasangan mereka. Ketika harapan tidak terwujud—mungkin karena si pria tidak memiliki keterlibatan dalam lembaga agama—hubungan menjadi buruk.”
Hanya, para penganalisis ragu. Kata mereka, “Kami tidak yakin mengapa kehadiran pria saja memiliki hasil lebih baik pada pasangan, sedangkan kehadiran wanita saja memiliki hasil terburuk bagi pasangan.”
Kehadiran bersama dalam ibadah memiliki hasil yang baik dalam hubungan. Kesimpulan mereka,
“Dua faktor tampaknya penting: sahabat bersama di kongregasi religius itu dan berdoa bersama-sama. Dalam gambar 2 menunjukkan, pria dan wanita yang melaporkan memiliki teman-teman mereka di jemaat, sekitar 11 persen lebih bahagia. Menikmati persahabatan bersama dalam jemaat dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan memberikan pasangan rasa saling memiliki dan keterlibatan dalam komunitas, serta model lain dari hubungan yang sukses. Kami menekankan manfaat dari partisipasi dalam lembaga keagamaan itu temporal, tidak spiritual, dan tidak terjadi pada mereka yang ke gereja, tetapi tidak jelas apakah mereka punya waktu ibadah pribadi.”
Doa bersama, sangat terkait dengan kualitas hubungan yang lebih baik. Pria dan wanita yang melaporkan mereka sering berdoa bersama-sama (seminggu sekali atau lebih) adalah 17 persen lebih mungkin untuk mengatakan mereka sangat bahagia bersama. Doa bersama kemungkinan untuk menimbulkan rasa keintiman emosional yang tinggi, komunikasi dan refleksi tentang hubungan dan kekhawatiran, dan rasa keterlibatan ilahi dalam hubungan seseorang. Mereka menegaskan,
“Namun, doa bersama adalah prediktor kuat dari kualitas hubungan dibanding faktor lain dalam model statistik kami. Hal ini juga prediktor yang lebih baik dari kualitas hubungan. Bahkan mengatasi ras, pendidikan, usia, jenis kelamin, atau wilayah. Pasangan yang berdoa bersama jauh lebih bahagia daripada mereka yang tidak.”
“Gambar 3 menunjukkan menghadiri ibadah keagamaan dengan teman-teman menyumbang hampir 20 persen keterkaitan kehadiran bersama dalam ibadah dan kualitas hubungan. Berdoa dengan pasangan menyumbang porsi yang lebih besar dalam tingkat keterkaitan ini. Kalau digabungkan, dua faktor ini memiliki lebih dari 60 persen keterkaitan dengan kehadiran bersama dalam ibadah dan laporan kualitas hubungan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, dua dari alasan utama pasangan yang pergi ke gereja bersama-sama cenderung lebih bahagia karena mungkin mereka memiliki banyak teman yang hadir bersama mereka dan mereka berdoa bersama.”
Dari situ dapat disimpulkan, kehadiran pria di rumah ibadah menjadi kunci penting dalam kebahagiaan keluarga. Terutama, ibadah yang program, khotbah, dan diskusinya, banyak menekankan keharmonisan keluarga. Kehadiran bersama dalam ibadah menjadi lebih penting lagi. Sebab, ke gereja bersama berarti bertumbuh dalam iman bersama. (relevant magazine/family study magazines)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...