Penemu HIV, Luc Montagnier, Meninggal di Usia 89 Tahun
PARIS, SATUHARAPAN.COM-Peneliti Prancis, Luc Montagnier, yang memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 2008 karena menemukan virus HIV (humman immunodeficiency virus) dan baru-baru ini menyebarkan klaim palsu tentang virus corona, telah meninggal pada usia 89 tahun, kata pejabat pemerintah setempat di Prancis.
Montagnier meninggal hari Selasa (8/2) di Rumah Sakit Amerika Paris di Neuilly-sur-Seine, pinggiran barat ibu kota, kata balai kota daerah itu. Tidak ada detail lain yang dirilis tentang kematiannya.
Montagnier, seorang ahli virologi, memimpin tim yang pada tahun 1983 mengidentifikasi human immunodeficiency virus (HIV) yang menyebabkan AIDS, membawanya untuk berbagi Hadiah Nobel tahun 2008 dalam bidang kedokteran dengan rekannya, Francoise Barré-Sinoussi.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memberikan penghormatan dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Kamis (10/2) untuk "kontribusi besar" Montagnier untuk memerangi AIDS dan menyatakan belasungkawa kepada keluarganya.
Montagnier lahir pada tahun 1932 di desa Chabris di Prancis tengah. Menurut otobiografinya di situs Hadiah Nobel, Montagnier belajar kedokteran di Poitiers dan Paris. Dia mengatakan penemuan ilmiah baru-baru ini pada tahun 1957 menginspirasinya untuk menjadi ahli virologi di bidang biologi molekuler yang berkembang pesat.
Ia bergabung dengan Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS) pada tahun 1960 dan menjadi kepala departemen virologi Institut Pasteur pada tahun 1972.
“Keterlibatan saya dalam AIDS dimulai pada tahun 1982, ketika informasi beredar bahwa agen yang dapat menular, mungkin virus, dapat menjadi penyebab penyakit misterius baru ini,” kata Montagnier dalam otobiografinya.
Pada tahun 1983, sebuah kelompok kerja yang dipimpin olehnya dan Barré-Sinoussi di Institut Pasteur mengisolasi virus yang kemudian dikenal sebagai HIV dan mampu menjelaskan bagaimana virus itu menyebabkan AIDS.
Ilmuwan Amerika, Robert Gallo, mengklaim telah menemukan virus yang sama pada waktu yang hampir bersamaan, memicu ketidaksepakatan tentang siapa yang harus mendapatkan penghargaan. Amerika Serikat dan Prancis menyelesaikan sengketa paten untuk tes AIDS pada tahun 1987. Montagnier kemudian dikreditkan sebagai penemu virus, Gallo sebagai pencipta tes pertama.
Sejak akhir tahun 2000-an, Montagnier mulai mengungkapkan pandangan tanpa dasar ilmiah. Pendapatnya membuatnya dijauhi oleh banyak komunitas ilmiah internasional. Ketika COVID-19 menyebar ke seluruh dunia, dan teori konspirasi berkembang, Montagnier berada di antara orang-orang di balik beberapa informasi yang salah tentang asal-usul virus corona.
Selama wawancara tahun 2020 dengan penyiar berita Prancis CNews, ia mengklaim bahwa virus corona tidak berasal dari alam dan dimanipulasi. Para ahli yang telah melihat urutan genom virus mengatakan pernyataan Montagnier tidak benar.
Pada saat itu, AP melakukan beberapa upaya yang gagal untuk menghubungi Montagnier. Tahun lalu, ia mengklaim dalam film dokumenter Prancis bahwa vaksin COVID-19 mengarah pada penciptaan varian virus corona.
Para ahli yang dihubungi oleh The Associated Press menjelaskan bahwa varian yang ditemukan di seluruh dunia mulai muncul jauh sebelum vaksin tersedia secara luas. Mereka mengatakan bukti menunjukkan varian baru berevolusi sebagai akibat dari infeksi virus yang berkepanjangan pada populasi dan bukan vaksin, yang dirancang untuk mencegah infeksi tersebut.
Awal tahun ini, Montagnier menyampaikan pidato pada protes terhadap sertifikat vaksin di Milan, Italia. Montagnier adalah profesor emeritus di Institut Pasteur dan direktur penelitian emeritus di CNRS. Dia menerima banyak penghargaan, termasuk penghargaan tertinggi Prancis, Legion of Honor. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...