Pengacara Turki Meninggal Setelah 238 Hari Mogok Makan
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM-Seorang pengacara Turki yang menuntut keadilan setelah didakwa dengan keanggotaan pada organisasi teroris, telah meninggal di rumah sakit Istanbul, Turki pada hari ke-238 dari aksi mogok makannya.
Teman-temannya mengatakan, Ebru Timtik, pengacara itu, memiliki berat hanya 30 kilogram pada saat kematiannya, yang telah memicu kecaman dari partai-partai oposisi di Turki.
"Ebru Timtik, yang telah melakukan mogok makan selama 238 hari menuntut pengadilan yang adil, menjadi martir!" kata Biro Hukum Rakyat, organisasi pengacara sayap kiri yang terutama berfokus pada kasus politik Turki, mengumumkan di akun Twitter pada hari Kamis (27/8) malam dikutip AFP.
Timtik adalah anggota dari Asosiasi Pengacara Kontemporer (CHD), kelompok kiri lain yang dituduh memiliki hubungan dekat dengan Front Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C) yang terlarang, sebuah organisasi Marxis sayap kiri.
Pengadilan pada 18 Pengacara
DHKP-C telah mengklaim bertanggung jawab atas sejumlah serangan mematikan di Turki, termasuk pemboman bunuh diri tahun 2013 di kedutaan Amerika Serikat di Ankara, yang menewaskan seorang penjaga keamanan Turki.
Pada 2019, pengadilan Istanbul menjatuhkan beberapa hukuman kepada 18 pengacara, termasuk Timtik, dengan tuduhan "membentuk dan menjalankan kelompok teror" dan "keanggotaan dalam kelompok teror."
Timtik, yang awalnya ditahan pada September 2018, dijatuhi hukuman penjara 13 tahun enam bulan, yang mendorongnya dan beberapa pengacara lainnya melakukan mogok makan pada bulan Februari.
Dia telah dipenjara di Silivri, sebuah pengadilan besar dan kompleks penjara di pinggiran Istanbul. Oktober lalu, pengadilan banding membatalkan hukuman penjara para pengacara.
Mogok Makan di Penjara Turki
Timtik, yang mengubah aksi mogok makannya menjadi puasa kematian bersama pengacara lain, Aytac Unsal, dipindahkan dari penjara ke rumah sakit pada bulan Juli. Pasangan itu hanya mengonsumsi cairan dan vitamin, dan laporan forensik menunjukkan pada saat itu bahwa kondisi mereka "tidak cocok" untuk terus berada di penjara.
Belasan orang menunggu pada hari Jumat (28/8) di luar laboratorium forensik Istanbul yang sedang memeriksa tubuhnya. Dan polisi meningkatkan tindakan pengamanan di sekitar gedung.
Kematian Timtik, yang katanya lahir tahun 1978, dikecam oleh partai oposisi. Ebru Timtik dibantai oleh para tiran yang berkuasa, kata anggota parlemen Partai Rakyat Demokratik (HDP) Garo Paylan dalam sebuah tweet.
Turki di masa lalu telah menyaksikan aksi mogok makan yang dilakukan oleh kelompok politik sayap kiri. Tahun lalu, ribuan tahanan mengakhiri aksi mogok makan mereka terhadap kondisi pemimpin Kurdi, Abdullah Ocalan, yang dipenjara sekitar 200 hari setelah melakukan puasa. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...