Pengadilan Irak Perintahkan Pembebasan Tahanan Demonstran
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan Irak memerintahkan untuk membebaskan para pengunjuk rasa anti-pemerintah, hari Minggu (10/5), sebagai pelaksanaan salah satu keputusan pertama perdana menteri yang baru, ketika puluhan demonstran membakar ban dalam protes baru terhadap pemimpin baru itu.
Dewan Kehakiman Agung mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah memerintahkan pembebasan para demonstran yang ditahan sejak demonstrasi itu meletus, sejalan dengan seruan perdana menteri yang baru.
Dewan membebaskan tahanan berdasarkan Pasal 38 konstitusi yang menjamin hak untuk protes, "asalkan tidak disertai dengan tindakan yang bertentangan dengan hukum," kata pernyataan itu.
Dalam sebuah konferensi pers pada Sabtu (9/5) malam setelah pertemuan kabinet pertamanya sebagai perdana menteri, Al-Kadhimi mengatakan para demonstran harus dilindungi dan bahwa semua pengunjuk rasa harus dibebaskan, kecuali mereka yang terlibat dalam kekerasan.
Protes meletus di Baghdad dan di wilayah selatan negara itu pada 1 Oktober, ketika warga Irak yang frustrasi turun ke jalan untuk mengecam korupsi yang merajalela, angka pengangguran yang tinggi, dan layanan publik yang buruk. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan sedikitnya 600 orang tewas dalam tiga bulan berikutnya di tangan pasukan keamanan Irak yang menggunakan tembakan langsung dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Demonstrasi mereda dengan munculnya pandemi virus corona, meskipun puluhan pemrotes masih berkemah di lapangan Tahrir di Baghdad yang bertekad untuk tidak maun membiarkan gerakan itu mati.
Operasi Kontra Terorisme
Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi juga mempromosikan Letnan Jenderal Abdul Wahab Al-Saadi untuk memimpin operasi kontra terorisme. Dia jenderal Irak yang dihormati, yang memainkan peran penting dalam serangan militer melawan Daesh (akronim dalam bahasa Arab untuk ISIS-red.).
Mantan Perdana Menteri Irak, Adel Abdul-Mahdi sebelumnya secara misterius menurunkan dia dari jabatan di Kementerian Pertahanan, dan memicu kemarahan dan protes di lakangan rakyat Irak utara dan Baghdad pada Oktober tahun lalu.
Al-Kadhimi mengatakan dia mempromosikan Al-Saadi sebagai kepala Layanan Kontra Terorisme elite Irak, karena negara itu sedang mengalami peningkatan serangan oleh Daesh di wilayah utara.
Al-Saadi, 56 tahun, adalah salah satu komandan dalam perang melawan Daesh dan pertempuran untuk merebut kembali Mosul, dan memimpin dalam banyak operasi.
Pada hari Minggu (10/5) para pemrotes tetap saja menggelar aksi, dan tidak mereda oleh keputusan Al-Kadhimi. Mereka kembali ke jalan-jalan dan membakar ban-ban di jembatan utama yang menuju Zona Hijau, kawasan diplomat dan pusat pemerintahan Irak yang dijaga sangat ketat.
Para pengunjuk rasa mengatakan mereka menolak Al-Kadhimi dan setiap kandidat yang dipilih oleh lembaga politik. Mereka berkumpul di dekat jembatan Jumhuriya yang tetap ditutup sejak akhir tahun lalu dalam perselisihan dengan polisi anti huru-hara dan demonstran. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...