Pengadilan Myanmar, Suu Kyi Hadapi Dua Tuduhan Tambahan
Dia didakwa mengimpor walkie-talkie dan aturan pandemi, lalu ditambah mengeluarkan informasi yang membuat takut, dan mengganggu ketenangan publik.
NAYPYITAW, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan Myanmar mengajukan dakwaan lain terhadap pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, pada hari Senin (1/3), kata seorang pengacara yang bertindak untuknya. Sementara di luar pengunjuk rasa berbaris menentang tindakan keras oleh pasukan keamanan yang menewaskan sedikitnya 18 orang pada hari sebelumnya.
Suu Kyi tampak sehat ketika dia mengambil bagian dalam sidang pengadilan melalui konferensi video di ibu kota Myanmar, Naypyitaw, meskipun mungkin berat badannya turun, dan dia meminta untuk bertemu dengan tim hukumnya, pengacara Min Min Soe mengatakan kepada Reuters.
Pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) itu tidak terlihat di depan umum sejak pemerintahannya digulingkan oleh kudeta militer 1 Februari dan dia ditahan bersama dengan para pemimpin partai lainnya.
Dia awalnya dituduh mengimpor enam radio walkie-talkie secara ilegal. Belakangan, tuduhan melanggar undang-undang bencana alam dengan melanggar protokol virus corona ditambahkan.
Pada hari Senin, dakwaan ditambahkan di bawah bagian hukum pidana dari era kolonial yang melarang publikasi informasi yang dapat "menyebabkan ketakutan atau peringatan" atau mengganggu "ketenangan publik", kata Min Min Soe. Sidang berikutnya akan dilakukan pada 15 Maret.
Protes Terus Digelar
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan setelah menuduh kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan oleh Partai NLD pimpinan Suu Kyi secara telak.
Saat Suu Kyi muncul dalam sidang pengadilan via video, polisi di kota utama Yangon menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa, kata saksi mata, sehari setelah kekerasan terburuk sejak kudeta.
Tidak ada laporan langsung tentang korban pada hari Senin tetapi pada hari sebelumnya, polisi melepaskan tembakan ke kerumunan di berbagai bagian negara itu menewaskan 18 orang. Laporan media lain menyebutkan ada 26 korban yang tewas
“Sudah satu bulan sejak kudeta. Mereka menindak kami dengan penembakan kemarin. Kami akan keluar lagi hari ini,” kata pemimpin protes terkemuka, Ei Thinzar Maung, di Facebook sebelumnya.
Militer belum mengomentari kekerasan hari Minggu dan polisi serta juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon. Sebelumnya, polisi dengan meriam air dan kendaraan militer dimobilisasi ke titik-titik protes di Yangon saat kerumunan berkumpul. Demonstran berbaris di kota barat laut Kale memegang foto Suu Kyi dan meneriakkan "demokrasi, tujuan kami, tujuan kami". (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...