Pengamat: Indonesia Cenderung Gerontokrasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistyo mengungkapkan perpolitikan Indonesia cenderung menganut paham `gerontokrasi`yaitu orang tua memimpin seperti tercermin dalam hasil Kongres PDIP di Bali.
"Jika melihat kongres PDIP di Bali, itu bukti kecenderungan negara kita seperti negara lain seperti Libya dan Thailand yang kecenderungannya ke arah gerontokrasi," kata Hermawan di Jakarta, Jumat (10/4).
Hal tersebut diungkapkan Hermawan dalam diskusi bertema `Efektifitas Pemblokiran Situs Radikal dalam Memerangi Terorisme` di Kampus Universitas Bhayangkara Jaya Raya, Jalan Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Gerontokrasi tersebut adalah bentuk aturan di mana suatu entitas dipimpin oleh orang tua. Seringkali struktur politik adalah yang menganut pola tersebut dimana dalam kelas penguasa terakumulasi dengan usia, sehingga tertua memegang kekuasaan yang paling tinggi atau penting.
"Semakin tua semakin senior dia semakin mapan kita fokusnya jika ada yang tua, mereka yang akan menang. Bukan hanya PDIP saja tapi juga partai lainnya sama saja," katanya.
Namun dia juga tidak memungkiri bahwa tokoh-tokoh di PDIP belum ada lagi yang sekuat Megawati untuk bisa menyatukan suara partai berlambang banteng tersebut.
"Jika bukan Mega sekarang belum ada yang didengar lagi di sana TB Hassan didengar tapi dia tidak membawa roh Soekarno, Tjahjo Kumolo cukup banyak simpatisannya namun belum dipandang bisa membesarkan partai sedangkan Puan belum kuat sacara kualitatif leadership," katanya.
Lebih lanjut Hermawan melihat Puan punya potensi kepemimpinan tersebut karena yang bersangkutan dibesarkan di lingkungan politik namun perlu dimatangkan karena memimpin negara tidak semudah yang dibayangkan.
"Maka dari itu bu Mega menyiapkan Puan sekarang menjadi menteri untuk dipersilahkan bertarung dalam perpolitikan untuk dibiarkan matang dulu dan jika itu bagus akan kepilih nantinya," ujarnya.
Persoalan lainnya adalah komposisi kader PDIP di kabinet yang lebih sama dengan Nasdem padahal menurut Hermawan kader partai berlambang banteng itu banyak yang sudah mapan sehingga untuk memperkuat persatuan antar anggotanya dipilihlah Megawati sebagai Ketua Umum.
"Masalah lainnya partai pemenang terbesar pemilu dan presiden tidak punya kursi besar di kabinet. Kursinya sudah kalah sama PKB dan Nasdem, itu artinya apa kalau saya ketua partai juga akan melihat apa yang salah. kalau kader banyak yang mampu tapi malah mereka tidak ikut saya kira ini salah satu pertimbanganya Megawati dipilih kembali," ujarnya. (Ant)
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...