Pengembang Apartemen yang Rubuh Akibat Gempa Taiwan Menghilang
TAINAN, SATUHARAPAN.COM - Pengembang yang membangun apartemen berlantai 17 yang rubuh akibat gempa Taiwan dikabarkan menghilang dan tidak berani tampil di depan umum sejak gempa terjadi pada hari Sabtu (6/2) dini hari.
Lin Minghui, pemilik apartemen itu, kini menjadi sorotan menyusul munculnya tuduhan bahwa bangunan itu tidak memenuhi syarat. Sampai Senin malam, jumlah korban tewas akibat gempa Taiwan mencapai 38 orang, sebagian besar karena terkubur di bawah reruntuhan apartemen yang bernama Wei-Guan Golden Dragon tersebut.
The New York Times yang mewawancarai sejumlah penduduk yang bermukim di sekitar apartemen mengatakan dahulu lokasi pembangunan apartemen itu adalah persawahan. Menurut Yang Yumin, yang sudah bermukim di daerah itu sejak kecil, apartemen tersebut sudah bermasalah sedari dulu karena reputasi pemiliknya.
"Warga daerah ini tidak pernah membeli kondominium di sana karena pemiliknya tidak memiliki reputasi yang baik - hanya orang dari luar kota yang membelinya," kata Yang, 40 tahun, seorang insinyur yang tinggal di sebuah rumah tiga lantai di seberang jalan.
Lee Kunhuan, seorang arsitek dan mantan walikota, menambahkan, bahwa apartemen tersebut sebetulnya memenuhi peraturan setempat ketika dibangun pada tahun 1992. Tetapi itu diperoleh dengan mengeksploitasi celah peraturan, yang saat ini tidak dimungkinkan lagi.
Saat ini, untuk pembangunan apartemen tahap awal tidak boleh lagi berlantai 17, melainkan hanya sampai lantai empat.
"Berdasarkan peraturan saat ini, pengembang tidak akan pernah lagi diizinkan untuk membangun sebuah bangunan besar," kata Lee.
Lin Minghui diketahui memiliki sejarah bisnis yang misterius. Sebuah penyelidikan telah dimulai untuk mencari penyebab runtuhnya apartemen Golden Dragon, dan jaksa setempat telah membuka penyelidikan terpisah. Namun para pejabat menolak untuk membahas temuan.
"Pertama kami akan menyelamatkan orang, dan kemudian kami akan mengeluarkan sebuah keputusan," kata Lai Shu-hui, seorang wakil sekretaris jenderal Tainan.
Menurut Lee, yang juga pernah menjadi anggota Dewan Kota Tainan, serangkaian keputusan pada tahun 1980-an menjadi penyebab diperbolehkannya pembangunan kompleks yang tingginya hampir enam kali dari sebagian besar bangunan di daerah itu yang umumnya berlantai tiga.
Dengan sembilan bangunan bergabung untuk membentuk U raksasa, kompleks luas itu diisi dengan bangunan tiap perseginya. Bandingkan dengan peraturan sekarang yang membatasi hanya 60 persen saja yang boleh dibangun.
Lee meragukan bentuk kompleks itu dan mempertanyakan dedikasi inspektur bangunan lokal yang juga telah menyetujui ribuan proyek di seluruh pulau itu, yang rawan gempa.
Wei-Guan Golden Dragon mulai dibangun pada tahun 1982, ketika sawah di daerah itu dimungkinkan bagi pembangunan perumahan atau komersial. Menurut Lee, bentuk huruf U bangunan memang memberikan pemandangan yang indah kala sunset. Tetapi ia menambahkan bahwa desain itu kurang kokoh dibandingkan dengan bangunan berbentuk persegi, yang lebih umum di daerah itu.
Disebutkan juga bahwa perusahaan konstruksi yang membangunnya sempat kehabisan dana di awal pekerjaan proyek karena mereka membangun beberapa bangunan pada waktu yang sama. Bangunan itu pernah ditinggalkan selama berbulan-bulan.
Menurut Lee, yang telah menjadi pemimpin masyarakat di sana selama puluhan tahun, pada perjalanannya bangunan apatemen tersebut memasukkan lebih banyak investor. Perusahaan konstruksi Wei-Guan kemudian dibubarkan, sehingga menjadi tidak jelas kepada siapa pemilik apartemen yang masih hidup, akan melakukan tuntutan.
Lai, wakil sekretaris jenderal, mengatakan pemerintah kota akan memberikan bantuan hukum kepada keluarga yang terkena dampak runtuhnya bangunan.
Dikatakan juga bahwa Lin, sang pengembang, telah terlibat dalam banyak sengketa bisnis selama bertahun-tahun, dan bahwa ia telah mengubah namanya empat kali saat ia memulai usaha baru. Hal semacam ini sebetulnya tidak biasa: Taiwan secara resmi tidak memperbolehkan orang untuk mengubah nama mereka lebih dari dua kali.
Lin, atau apa pun namanya, tidak tinggal di gedung yang roboh itu. Dia tidak muncul di depan publik sejak gempa meskipun banyak orang mencari dia.
"Tidak ada yang tahu di mana dia," kata Lee.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...