Penghakiman Media Massa
Bagaimanakah bila anak, orangtua, saudara dan para sahabat mereka membacanya?
SATUHARAPAN.COM – Perseteruan DPRD dan Gubernur DKI Jakarta, Ahok, makin memanas. Ahok yang tidak didukung oleh partai politik mana pun, mendapat dukungan dari masyarakat yang membuat pernyataan di sosial media sebagai #saveahok. Pascamediasi yang berujung deadlock pada kamis, 5 Maret 2015, media pun dihebohkan dengan twitter #savehajilulung yang hashtag-nya sempat menduduki peringkat 3 dunia. Berbeda dengan twitter #saveahok yang bernada positif, kali ini twitter #savehajilulung berupa sindiran yang memancing tawa pembacanya.
Media sosial kali ini memberikan penghakiman sendiri untuk kedua orang tersebut. Entah siapa yang benar dan salah, media telah mengapresiasikannya dan membuat nama kedua orang tersebut mencuat. Permasalahan semakin meruncing karena pengikutnya telah memberikan penghakiman, baik untuk Ahok maupun Haji Lulung. Pro dan kontra dilancarkan dengan kata-kata tajam, memerahkan telinga dan tidak sepatutnya ditujukan untuk mereka, para wakil rakyat, terlepas benar atau salah.
Kita, yang memberikan pendidikan kepada anak-anak kita untuk menjadi orang yang baik, jujur, sopan, diperhadapkan dengan masalah di atas, apakah kita akan ikut-ikutan terpancing memaki, memperkeruh, atau menghakimi salah satu dari mereka? Bagaimanakah bila anak, orangtua, saudara dan para sahabat mereka membacanya?
Saya ingat kamis siang itu saya dikejutkan dengan berita: ”Ahok Ngamuk”. Dalam bayangan saya, ngamuk itu sama seperti angin yang memporakporandakan bangunan. Dengan penasaran saya seharian mencari beritanya, mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya saya mendapatkan rekaman kejadian tersebut di Youtube, dengan teliti saya memperhatikannya. Terus terang saya terheran, karena ternyata kejadiannya tidak seheboh beritanya. ”Wah, ini mah bukan ngamuk, belum ada apa-apanya sama ngamuknya saya,” demikian saya kirim bbm pada teman saya.
Penghakiman media kepada Haji Lulung pun tidak kalah hebohnya. Kesalahannya mengucapkan UPS menjadi USB menjadi tertawaan di meme. ”Mengharapkan Ahok nggak marah-marah, itu sama mustahilnya seperti mengharapkan DPRD enggak korupsi.” Salah satu komentar sinis yang diucapkan pembaca twitter tersebut.
Semoga kedua belah pihak yang berselisih dapat mengesampingkan panasnya kepala. Ada rakyat yang menanti, mengharap, dan menonton. Para wakil rakyat hendaknya menjadi panutan rakyat, membela kepentingan rakyat. Dan kita pun sebagai rakyat semestinya tidak terpancing untuk menghakimi kedua belah pihak, yang akan memperkeruh suasana.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...