Tetap Hidup!
Dia tetap hidup dalam diri orang-orang yang ditolongnya.
SATUHARAPAN.COM – Reyhaneh Jabbari telah dihukum mati pada 25 Oktober 2014. Sekalipun tidak mengakui telah membunuh Morteza Abdolali Sarbandi, Si Pemerkosa, dengan dalih ada orang lain yang telah membunuhnya dengan menggunakan pisau lipat; namun, Reyhaneh tetap dihukum gantung. Sebab keluarga Sarbandi menolak ganti rugi dan tidak bersedia memaafkan.
Reyhaneh Jabbari tampak tegar, walau eksekusi kala itu tak mungkin dihindari, perempuan Iran ini meminta ibunya untuk tidak menangis. Dalam perjumpaannya pada 24 Oktober 2014 dan dalam surat terakhirnya, ia berkata: "Ibuku Sholeh tersayang, jangan menangis! Situasi ini sungguh tidak adil untuk saya, tetapi pengadilan Allah adalah yang paling adil. Mari kita lihat apa yang Allah inginkan. Aku ingin memelukmu sampai akhir hidup. Aku sangat mencintaimu."
Reyhaneh siap menghadapi maut, walaupun dia sudah berupaya melakukan pembelaan bahwa dia bukanlah pembunuh Morteza. Ketika hakim sudah mengetukkan palu, dan keluarga korban sudah menutup pintu maaf, maka eksekusi tinggal menghitung hari.
Perjuangan pegiat HAM yang membela mati-matian pun hanya mampu menunda eksekusi, maju-mundur, maju-mundur, mati! Tetap mati! Bahkan, ketika eksekusi harus dilaksanakan, Reyhaneh masih mencoba mengajukan permintaan terakhir, "Saya tidak ingin membusuk di dalam tanah. Saya tidak ingin mata dan hati saya berubah menjadi debu. Saya mohon, setelah dihukum gantung, berikan jantung, ginjal, mata, tulang, dan apa pun yang masih dapat digunakan berikanlah kepada orang yang membutuhkan sebagai hadiah".
Reyhaneh memang telah mati di tiang gantungan, tetapi tubuh dan jiwanya tetap hidup di antara orang-orang yang menerima hadiah. Matanya, telah membuat orang buta melihat. Jantung, ginjal, hati, dan organ tubuh lainnya yang ditransplantasikan membuat orang lain yang ditolong dapat hidup lebih sehat. Organ tubuh yang dipersembahkan, memberi pengharapan bagi yang telah menerimanya.
Dia tetap hidup, di dalam diri orang-orang yang ditolongnya. Walau maut sudah di ujung badan, jiwa suka menolongnya masih mampu memberi kehidupan.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...