Pengujian Vaksin COVID-19 Tetap Diperlukan Setelah Vaksinisasi
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Setelah vaksin COVID-19 berhasil diuji dan bisa digunakan, virus corona tetap memiliki banyak ruang untuk bergerak dan menyebar. Oleh sebab itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan masih diperlukan pengujian sebagai bentuk pengendalian pandemi.
“Ketika vaksin digunakan, pengujian akan terus memainkan peran penting,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Gheybreyesus, hari Jumat (27/11).
Dikatakan bahwa tenaga kesehatan, lansia dan kelompok berisiko akan dijadikan prioritas dalam vaksinisasi. “Pengujian adalah sorotan yang menunjukkan di mana virus itu berada. Investasi dalam pengujian harus diimbangi dengan investasi pada fasilitas isolasi, perawatan klinis, perlindungan petugas kesehatan, pelacakan kontak, investigasi cluster dan karantina,” katanya.
Ultra Dingin
WHO mengatakan bahwa dibutuhkan lebih banyak informasi mengenai vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi, terutama berkaitan dengan penyimpanan dan distribusi, karena membutuhkan fasilitas pendingin.
Namun ada pengalaman global dalam penyimpanan dan distribusi vaksin Ebola. “Ada pengalaman yang ditunjukkan dalam memberikan vaksin dalam rantai logistik ultra dingin, bahkan di beberapa daerah yang paling sulit dan terpencil,” kata Dr. Katherine O’Brien, Direktur Imunisasi, Vaksin, dan Biologi di WHO. “Tapi itu juga membutuhkan sumber daya yang sangat besar.”
Menanggapi pertanyaan pers, pejabat WHO itu mengatakan tentang vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech, yang baru-baru ini diserahkan kepada pihak berwenang di Amerika Serikat untuk persetujuan darurat. Vaksin tersebut telah menunjukkan tingkat kemanjuran lebih dari 90 persen, namun membutuhkan penyimpanan yang sangat dingin pada suhu minus 70 derajat Celcius atau di bawahnya. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan distribusi untuk negara-negara Afrika.
O’Brien menambahkan bahwa Pfizer telah mengembangkan sarana "pengirim" khusus yang dapat mempertahankan suhu vaksin untuk 10 hingga 15 hari. Selain itu, vaksin bisa disimpan di suhu lemari es selama lima hari, lanjutnya. Freezer portabel yang tidak menggunakan listrik, bahkan dry ice, juga bisa digunakan.
WHO menyebutkan bahwa berinovasi untuk pengiriman dalam rantai logistik ultra-dingin tidak tersedia di mana-mana, termasuk di negara-negara berpenghasilan tinggi, dan O'Brien menyarankan agar negara-negara "berinovasi" seputar sistem dalam memberikan vaksin COVID-19 yang memiliki persyaratan ini.
Salah satu pendekatannya yang bisa digunakan adalah menggunakannya untuk imunisasi pada segmen penduduk tertentu. Dia menyebut para profesional kesehatan sebagai contoh, karena mereka bekerja di fasilitas tempat imunisasi akan dilakukan dan di mana akan lebih mudah untuk memasang sarana penyimpanan ultra dingin.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...