Pengungsi Irak: ”Mengapa Tuhan Meninggalkan Aku?”
SATUHARAPAN.COM – Azeez Sadeq adalah warga Irak yang terpaksa meninggalkan negaranya yang dilanda perang tak berkesudahan. Ia kini menetap di Lyon, Prancis. Pada peringatan Hari Pemuda Internasional di Jenewa, 12 Agustus lalu, ia berkesempatan berbagi kisah hidupnya sebagai seorang pengungsi.
“Pernahkah Anda membayangkan suatu hari kehilangan segala yang Anda miliki?” Demikian pertanyaan yang ia lontarkan kepada orang-orang muda yang berkumpul dengannya.
Itulah yang terjadi. Sadeq kehilangan segalanya ketika ia berusia 18 tahun, ketika organisasi Islam militan, yang juga disebut Daesh, menyerbu desanya.
Sadeq tidak bisa menyampaikan banyak detail tentang kejadian saat itu, karena ia sendiri acap menggambarkan kejadian itu seperti kisah-kisah “film aksi”, yang batas antara kenyataan dan fantasi begitu kabur. “Kami menuju ke wilayah Kurdistan. Sulit menggambarkan bagaimana kerumunan pengungsi atau orang-orang yang sedang dalam kesusahan itu berjalan kaki, penuh air mata, pemandangan para prajurit, dan orang-orang yang tidur di jalan ...”
Sadeq dan keluarganya menuju Dohuk, dan tinggal sekitar dua bulan di tempat itu. Ia terdorong mengidentifikasi diri dengan Yesus di kayu salib, dengan mengingat saat-saat Yesus bertanya kepada Allah, “Mengapa Engkau meninggalkan aku?”
Sadeq punya alasan memendam perasaan seperti itu. Ia merasa tidak berdaya dan ditinggalkan. Apa yang ia bisa lakukan adalah “curhat” kepada Yesus. Hanya dengan cara itu, jika ia bisa membuat senyum di wajah tetangganya, ia akan membuat perubahan, terlepas dari semua yang telah terjadi pada dirinya.
“Komunitas Yazidi ada di pihak kami, dan mereka membutuhkan lebih banyak bantuan daripada kami, karena mereka adalah orang-orang yang menjadi korban. Daesh tidak memberi kesempatan mereka untuk melarikan diri. Mereka membunuh para lelaki Yazidi dan memperkosa para wanitanya ... dan mereka yang berhasil melarikan diri berada dalam kondisi yang sangat mengerikan ... Saya tinggal bersama mereka, dan itu merupakan pengalaman yang indah, melupakan luka saya sendiri untuk menghibur mereka," Sadeq mengenang.
Sadeq dan keluarganya akhirnya tiba di Prancis pada 26 Oktober 2014.
“Di sini, di depan Anda, saya bukan bermaksud untuk memberi tahu Anda masalah yang telah terjadi dalam hidup saya, tetapi untuk memberi tahu bahwa saya diselamatkan oleh Yesus Kristus, dan bahwa saya memaafkan Daesh,” katanya.
“Saya yakin, kita, kaum muda, dapat membuat perbedaan. Kita memiliki potensi nyata untuk membuat perubahan di dunia ini,” ia menegaskan. (oikoumene.org)
Editor : Sotyati
Polri Tangkap 15 Tersangka Kasus Uang Palsu UIN Makassar
GOWA, SATUHARAPAN.COM - Kapolres Gowa AKBP Reonald TS Simanjuntak akhirnya angkat bicara berkaitan p...