Pengungsi Rohingya dalam Ancaman Badai Mahasen
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Myanmar harus segera mengambil tindakan untuk mengungsikan puluhan ribu Muslim Rohinya ke daerah yang lebih aman dari ancaman badai siklon tropis di Teluk Benggala. Demikian dikatakan Human Right Watch, Selasa (14/5). Mereka adalah pengungsi yang mengalami kekerasan di negara bagian Arakan.
Disebutkan bahwa setengah dari sekitar 140.000 etnis Rohingya dan Muslim Kaman terlantar akibat kekerasan dan penganiayaan yang dimulai pada Juni 2012. Saat ini mereka tinggal di kawasan rawan banjir di wilayah pesisir yang mungkin akan terkena badai siklon Mahasen. Badai tersebut diperkirakan akan mendekati pantai Myanmar Barat dan Bangladesh besok (15/5).
Badai tersebut diperkirakan melanda kawasan dataran rendah di pesisir Bangladesh dan Myanmar Barat. Namun para pengungsi yang tinggal di situ tidak dapat meninggalkan kamp, karena bisa beresiko.
"Pemerintah Myanmar tidak mengindahkan peringatan berulang-ulang oleh kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan untuk merelokasi pengungsi Muslim menjelang musim hujan di Myanmar," kata Brad Adams, direktur Human Right Watch Asia. "Jika pemerintah gagal untuk mengevakuasi mereka yang berisiko, mereka bukan korban bencana oleh alam, tetapi oleh buatan manusia."
Pemerintah Myanmar telah melakukan evakuasi secara terbatas untuk beberapa pengungsi pada 13 Mei dan 14, serta untuk masyarakat umum di seluruh negara bagian Arakan. Tetapi masih banyak yang tinggal di kamp pengungsi, dan tidak ada rencana yang jelas untuk orang-orang tersebut. Organisasi kemanusiaan takut bahwa keluarga Muslim yang mencoba menghindari badai mungkin akan menjadi korban kekerasan dari etnis warga Buddha Arakan dan pasukan keamanan setempat.
Juru bicara negara bagian Arakan, Win Myaing, kepada wartawan majalah The Irrawaddy, mengatakan, "Semua kamp yang terletak di dekat pantai sedang dipindahkan." Namun pekerja bantuan kemanusiaan di kamp pengungsi Rohingya mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa di kamp pesisir dengan puluhan ribu pengungsi belum dievakuasi, bahkan ada beberapa kasus diketahui dipindahkan lebih dekat ke laut tanpa alasan yang jelas.
Otoritas Myanmar harus fokus pada pemindahan pengungsi yang tersisa dari dataran yang rendah ke daerah yang lebih tinggi, bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan untuk memberikan tempat tinggal yang memadai untuk semua yang membutuhkan tanpa diskriminasi. Pemerintah juga harus memastikan bahwa Muslim dan kelompok rentan lainnya aman dari serangan atau kekerasan lain sebelum dan setelah topan.
Menurut PBB, lebih dari 140.000 pengungsi di negara bagian Arakan tinggal di kamp-kamp kumuh, dengan makanan, air dan sanitasi, perawatan medis, dan pelayanan dasar lainnya yang tidak memadai. Setidaknya 69.000 tinggal di penampungan cukup baik untuk bertahan pada musim hujan.
Dilaporkan, pihak berwenang terus melakukan pembatasan pada pergerakan penghuni kamp, ââmencegah mereka meninggalkan kamp yang mungkin dalam bahaya oleh badai siklon. "Penduduk Muslim rentan beresiko tidak hanya dari siklon, tapi dari kekerasan oleh warga lain, dan aparat keamanan setempat,” kata Adams.
Editor : Sabar Subekti
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...