Pengungsi Rohingya Terdampar di Laut, Politisi ASEAN Serukan Operasi Pencarian
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Politisi Asia Tenggara pada hari Selasa (20/12) menyerukan penyelamatan sebuah kapal yang membawa sebanyak 200 pengungsi Rohingya termasuk perempuan dan anak-anak yang terdampar di laut selama beberapa pekan.
Ribuan Rohingya yang sebagian besar Muslim, dianiaya berat di Myanmar, mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dalam perjalanan laut yang panjang dan mahal, seringkali dengan kapal dalam kondisi buruk, mencoba mencapai Malaysia atau Indonesia.
Kapal yang membawa para pengungsi dilaporkan berada di perairan dekat Thailand, Malaysia, Indonesia dan India di Laut Andaman dan Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
“Kami mendesak negara-negara anggota ASEAN dan negara-negara lain di kawasan untuk... melancarkan operasi pencarian dan penyelamatan,” kata mantan anggota parlemen Indonesia Eva Sundari, yang merupakan anggota kelompok advokasi ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR), di sebuah pernyataan.
“Sungguh memalukan bahwa perahu yang berisi pria, wanita, dan anak-anak dalam bahaya besar dibiarkan tetap terapung-apung.”
Charles Santiago, mantan anggota parlemen Malaysia dan ketua APHR, mengatakan dalam pernyataan yang sama bahwa keterlambatan dalam menyelamatkan para pengungsi yang terlantar kemungkinan besar “telah menyebabkan penderitaan dan korban jiwa yang tak terhitung.”
Lokasi kapal saat ini tidak diketahui dan tidak jelas kapan atau tepatnya dari mana berangkatnya.
Tetapi setidaknya satu kerabat penumpang yang berharap untuk mencapai Malaysia mengatakan kepada AFP bahwa dia dibawa ke kapal di perairan dalam oleh kapal pukat nelayan kecil dari Bangladesh.
Kamp-kamp pengungsi yang luas di Bangladesh adalah rumah bagi sekitar satu juta Rohingya, banyak dari mereka melarikan diri dari negara tetangga Myanmar setelah penumpasan militer tahun 2017 yang melaporkan pemerkosaan, pembakaran, dan pembunuhan.
Tetapi kondisi kamp-kamp yang penuh sesak di Bangladesh telah memaksa banyak orang untuk melarikan diri lagi.
Aktivis Rohingya dan kerabat dari beberapa orang yang berada di kapal tersebut mengatakan kepada AFP bahwa kapal tersebut telah terombang-ambing di laut setidaknya selama dua pekan.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mengatakan pekan lalu bahwa kapal itu telah berada di perairan sejak akhir November, dan telah menerima laporan setidaknya selusin orang tewas di dalamnya. Mereka yang tersisa tidak memiliki akses ke makanan atau air, katanya.
Noor Habi, seorang penduduk kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar Bangladesh, mengatakan putrinya yang berusia 23 tahun, Munuwara Begum, berada di kapal yang terdampar dan telah berbicara dengan saudara perempuannya melalui walkie talkie.
“Kami dalam bahaya. Tolong selamatkan kami,” kata putrinya Begum, menurut klip audio dari panggilan tersebut. "Tidak ada makanan dan air bersama kami dan tidak ada yang menyelamatkan kami dari kapal yang tenggelam ini."
Angkatan Laut Indonesia tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pada 8 Desember, lebih dari 150 Rohingya diselamatkan di dekat pantai Thailand dari perahu yang tergenang air dalam perjalanan ke Indonesia dari sebuah kamp pengungsi di Bangladesh, menurut junta Myanmar. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...