Pengungsi Suriah Menghadapi Kelaparan
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Setidaknya satu juta warga Suriah akan mengalami lapar, karena pertempuran dan pos pemeriksaan mencegah pengiriman bantuan untuk mereka. Semikian disampaikan Palang Merah internasional, hari Senin (2/12).
"Perkiraan konservatif adalah satu juta orang tanpa makanan," kata Simon Eccleshall, kepala manajemen krisis pada Federasi Internasional Palang Merah (IRC) dan Bulan Sabit Merah (IFRC) .
Anggota lokal IFRC, Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC), berperan penting dalam operasi internasional di Suriah, di mana sekitar sepertiga dari 21 juta populasi negara itu sekarang bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.
Namun upaya bantuan sudah terhadang pertempuran, yang telah merenggut nyawa 32 staf SARC dari 3.000 relawan. Sementara beberapa pos pemeriksaan oleh kedua belah pihak meningkatkan rintangan yang terus-menerus.
"SARC hanya memiliki akses kepada sekitar 85 persen dari wilayah di Suriah secara teratur," kata Eccleshall kepada wartawan. Namun hanya dapat memberikan pasokan reguler setengah dari enam juta warga Suriah diusir dari rumah mereka oleh perang, tetapi masih berada di dalam negeri.
Tak Ada Bantuan
"Ada banyak daerah yang belum dibantu selama berbulan-bulan akibat konflik, dan wilayah pinggiran kota sekitar Damaskus mengalami hal itu selama hampir satu tahun," kata juru bicara IFRC, Benoit Carpentier kepada AFP.
"Jelas situasi terburuk adalah di daerah yang terkepung dan daerah dengan kekerasan yang parah. Kita juga harus ingat bahwa banyak yang tidak punya penghasilan selama lebih dari dua tahun dalam rumah tangga yang dikepalai perempuan. Mereka adalah kelompok besar yang menghadapi kerawanan pangan," kata dia menambahkan.
Eccleshall mengatakan, ada keprihatinan serius bahwa dengan terjadinya musim dingin, jumlah yang membutuhkan bantuan bisa berlipat. Dua kota terbesar Suriah, Damaskus dan Aleppo, secara teratur telah turun salju.
Tiga juta warga Suriah juga telah melarikan diri ke negara tetangga, melarikan diri konflik yang telah menewaskan lebih dari 120.000 orang. IFRC telah melipat-gandakan bantuan untuk Suriah sebesar US$ 58 juta menjadi US$ 117 juta (sekitar Rp 1,4 triliun).
Mati Rasa
Lembaga itu hanya akan mampu membantu hingga akhir Februari jika tidak ada bantuan yang datang. Lembaga itu juga mengkhawatirkan tumbuhnya "mati rasa " di kalangan donor, karena konflik ini terjadi hampir selama tiga tahun.
"Tantangan utama yang kaki hadapi saat ini adalah bahwa bagi banyak orang di dunia, situasi ini menjadi 'normal'," kata Walter Cotte, dari Sekretaris Jenderal IFRC .
"Kita harus benar-benar menyoroti bahwa ada krisis kemanusiaan besar yang membunuh orang setiap hari," kata Cotte. Pembicaraan damai yang ditengahi internasional di Jenewa pada 22 Januari mendatang diharapkan membuahkan hasil.
Organisasi bantuan menginginkan krisis kemanusiaan menjadi isu yang di depan dan di tengah dalam pembicaraan di sana, kata Eccleshall. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...