Pengungsi Timur Tengah Merasa Nyaman Tinggal di Penjara
HAARLEM, SATUHARAPAN.COM – Pengungsi dari Timur Tengah yang ada di Eropa dan berupaya mencari suaka mengaku tidak terlalu resah dengan tempat tinggal.
Para pengungsi mengaku nyaman tinggal di mana saja, bahkan di bekas sebuah bangunan rumah tahanan seperti yang terdapat di bekas rumah tahanan di Haarlem, Belanda yang menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi pengungsi.
“Saya tidak merasa bahwa itu adalah penjara,” sebut Abdul Moeen, yang awalnya tinggal di sebuah tenda di kamp sementara di Belanda, seperti yang dia ungkapkan di Sydney Morning Herald, hari Rabu (18/5).
Moeen menjelaskan bahwa faktor terpenting yakni rasa aman, dan perlindungan karena Eropa harus dianggap sebagai rumah baru.
Laki-laki berusia 16 tahun tersebut senang bermain-main di bangunan berbentuk kubah yang sempat menjadi penjara tersebut. Moeen sama sekali tidak merasa takut dengan bangunan yang terdiri dari banyak pintu-pintu terbuat dari baja berukuran besar, dan ketebalan tinggi.
Moeen mengaku bersama teman-teman seusianya terbiasa bermain sepak bola dalam penjara tersebut. Moeen menjelaskan bahwa dia tidak terlalu mementingkan kesan seram dari terali besi dan baja yang menghiasi asal dari penjara tersebut.
Abdul Moeen – dalam catatan Sydney Morning Herald – termasuk salah satu dari 41.000 migran baru yang masuk ke Belanda yang bertempat tinggal di bekas penjara.
Para pengungsi yang tinggal di bekas penjara tersebut antara lain dari Afghanistan, Iran, dan Irak yang membutuhkan tempat untuk memulai kehidupan baru mereka di Eropa.
De Koepel merupakan bekas penjara yang ada di Haarlem, Belanda. Penjara tersebut tidak digunakan lagi karena menurut Sydney Morning Herald tingkat kejahatan di Belanda mulai menunjukkan angka yang menurun.
Beberapa pengungsi ada yang mulai terbiasa dengan kebiasaan baru mereka, namun ada pengungsi lain yang mengeluh tentang makanan.
Imigran asal Afganistan, Hamed Karmi (27) bahkan memiliki keyboard yang dia gunakan untuk menghibur dia yang tinggal dengan istrinya Farishta Morahami, dengan alunan musik.
Penjara di beberapa kota di Belanda seperti Haarlem dan Arnhem memiliki ciri khas dengan atap berbentuk kubah dan bangunan penjara tersebut didesain melingkar.
Anggota Parlemen Belanda yang membawahi urusan Tempat Tinggal bagi Migran, Janet Helder mengemukakan Pemerintah Belanda sebenarnya tidak terlalu berkeinginan memasukkan migran ke dalam penjara.
“Kami berpikir dua kali apabila memberi mereka (migran/ pengungsi,red) tempat tinggal di penjara yang menggunakan pintu terkunci,” kata Janet.
Janet saat ini menuturkan pihaknya masih mengupayakan tempat tinggal bagi lebih kurang 41.000 jiwa di 120 lokasi berbeda di Belanda.
“Beberapa orang di rumah saya bertanya, apakah benar banyak pengungsi dalam penjara, karena bisa saja pengungsi ini sebelumnya memang pernah masuk penjara,” kata Janet menirukan pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang di sekeliling tempat tinggalnya. (smh.com.au).
Editor : Eben E. Siadari
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...