Penjelasan Kehadiran Rusia di Afrika: Ekspor Biji-bijian, Senjata, Energi, Tentara Bayaran
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Rusia selama beberapa tahun terakhir memperkuat kehadirannya di Afrika, berjanji untuk mengintensifkan ekspor biji-bijian, pengiriman senjata, dan kerja sama energi menjelang KTT Rusia-Afrika mendatang yang akan diadakan di St. Petersburg, Afrika Selatan pada 27-28 Juli.
Benua termiskin di dunia itu semakin penting bagi Rusia, yang telah diisolasi dari Eropa dan Amerika Serikat sejak melancarkan serangannya di Ukraina pada Februari tahun lalu.
Tentang Ekspor Biji-bijian
Rusia pada bulan Juli menarik diri dari kesepakatan yang memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam.
Perjanjian tersebut telah meredakan kekhawatiran akan krisis pangan global yang dipicu oleh konflik antara Ukraina dan Rusia, dua pengekspor biji-bijian utama.
Ini memungkinkan ekspor lebih dari 32 juta ton biji-bijian Ukraina selama setahun terakhir.
Untuk menjawab kekhawatiran Afrika yang dipicu oleh penangguhan kesepakatan, Rusia memposisikan dirinya sebagai pemasok alternatif, bahkan menawarkan pengiriman gratis.
"Saya ingin memberikan jaminan bahwa negara kami mampu menggantikan biji-bijian Ukraina baik secara komersial maupun gratis," kata Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Rusia mengekspor 11,5 juta ton biji-bijian ke Afrika pada tahun 2022, dan 10 juta ton lainnya pada paruh pertama tahun 2023.
Sekitar 25 persen ekspor Rusia ke Afrika terdiri dari gandum dan meslin (campuran sereal), kata Pavel Kalmychek, pejabat senior di Kementerian Ekonomi Rusia.
Tentara Bayaran Wagner
Kelompok tentara bayaran Rusia Wagner telah dilihat selama bertahun-tahun sebagai perpanjangan bersenjata dari pengaruh Moskow di beberapa negara Afrika.
Tentara Wagner telah diidentifikasi di Libya, Mali, Mozambik dan Sudan serta di Republik Afrika Tengah, di mana seorang eksekutif Wagner mengelola keamanan Presiden Faustin Archange Touadera.
Sumber militer Eropa mengatakan kepada AFP bahwa Wagner membawa kembali emas dan mineral dari Sudan, Republik Afrika Tengah, dan Mali, yang kemudian memberi makan ekonomi Rusia.
Tetapi pemberontakan kelompok Wagner yang gagal melawan tentara konvensional Rusia menimbulkan ketidakpastian seputar masa depan operasi kelompok itu di luar negeri.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan masa depan Wagner di Afrika "di atas segalanya tergantung pada pemerintah negara yang bersangkutan."
Pasokan Senjata
Rusia memiliki perjanjian militer lama di benua Afrika sejak zaman Uni Soviet. Rusia "melanjutkan dan di beberapa tempat meningkatkan kerja sama militer di Afrika," kata seorang sumber Rusia di industri itu kepada AFP.
Kemitraan tersebut terdiri dari "modernisasi senjata yang dipasok sejak zaman Uni Soviet" serta peralatan generasi mendatang, kata sumber itu.
"Rusia bekerja dengan semua negara, bahkan yang secara tradisional bekerja di bidang ini dengan Prancis, Amerika Serikat, atau Spanyol," menurut sumber yang sama.
Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) mengatakan dalam laporan Maret 2023 bahwa negara-negara Afrika menerima sekitar 12 persen ekspor senjata Rusia pada 2018-2022.
Namun pada tahun 2021, Direktur Layanan Federal untuk Kerjasama Teknik Militer, Dmitry Shugaev, mengatakan bahwa pengiriman senjata ke Afrika menyumbang 30-40 persen dari ekspor senjata.
Pada 2019, Shugaev memperkirakan portofolio ekspor senjata ke Afrika bernilai 14 miliar dolar.
Pasokan Energi
Rusia juga bertujuan untuk mengekspor keahliannya dalam hal infrastruktur nuklir.
Pada tahun 2022, raksasa nuklir Rusia, Rosatom, memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Mesir di El-Dabaa, di pantai Mediterania.
Juga dibahas pembangunan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir) kecil dan terapung dengan sejumlah negara Afrika termasuk Rwanda dan Nigeria.
Dikecualikan dari sebagian besar pasar Barat, Rusia sedang mereorientasi ekspor energinya dan berjanji untuk "mengintensifkan" kerja sama energi dengan Aljazair.
Menurut Kementerian Ekonomi, sekitar dua pertiga investasi Rusia di Afrika melibatkan eksplorasi dan produksi minyak dan gas, serta uranium, berlian, dan mineral lainnya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kepala Pasukan UNIFIL: Posisi PBB di Lebanon Berisiko Didudu...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Kepala pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan pada hari Jumat (1/11) bahw...