Penulis Perempuan India Tewas, Diduga Dibunuh Kelompok Taliban
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Seorang perempuan penulis asal Indis, Sushmita Banerjee dibunuh oleh kelompok Taliban pada hari Rabu (4/9). Diduga Taliban marah padanya karena aktivitas sosialnya yang tanpa henti meningkatkan martabat dan kesehatan perempuan.
Banerjee (49 tahun), menurut laporan, diseret keluar dari rumahnya di Kharana, Provinsi Paktita di Afganistan, sebelum ditembak mati oleh militan yang dikenali karena bersorban. Pembunuhan ini menambah daftar panjang kekerasan dan kekejaman terhadap perempuan menjelang penarikan pasukan Amerika Serikat di sana.
Bulan lalu, seorang perempuan anggota parlemen Afghanistan diculik oleh tersangka militan Taliban saat dia bepergian dengan anak-anaknya. Dilaporkan bahwa ada seorang perempuan baru-baru ini mencari suaka di Inggris setelah ditinggalkan oleh kerabatnya karena dia meminta cerai dari suaminya yang kejam.
Pada bulan Juli, orang-orang bersenjata membunuh seorang perempuan pejabat tinggi polisi. Dan Afganistan tengah menghadapi kelompok Islam fundamental yang melawan perempuan yang mengembangkan diri keluar rumah untuk bekerja secara independen.
Kabur dari Taliban
Banerjee disebutkan telah memeluk Islam dan namanya menjadi Sayeda Kamala, namun dia mempertahankan kewarganegaraan Indianya. Dia telah membuat marah kelompok Taliban. Memoarnya tentang pelarian dramatis dari cengkeraman kelomok fundamentalis itu menginspirasi film yang dibuat tahun 2003, Escape from Taliban yang dibintangi Monisha Koirala.
Para pejabat India di Kabul menegaskan bahwa Banerjee ditembak pada Rabu, sekitar pukul 11.00 malam. Dia baru saja kembali ke Afghanistan setelah merayakan Idul Fitri di Benggala Barat.
Dia menikah dengan seorang pengusaha Afghanistan, Jaanbaz Khan. Dia juga baru saja kembali ke Afghanistan setelah menghabiskan beberapa tahun di India, khususnya di Kolkata dan Mumbai.
Buku yang ditulisnya terjual laris, berjudul Kababuliwalar Bangali Bou (atau Kabuliwala Istri Bengali), ditulis pada tahun 1995, setelah dia melarikan diri dari cengkeraman Taliban dan menandai mulainya Afganistan jatuh ke tangan kelompok garis keras.
Ada laporan yang menyebutkan bahwa Taliban membantah terlibat pembunuhan itu, namun polisi Afghanistan mengatakan bahwa kelompok militan yang memakai pakaian Islam ekstrimis itu mendatangi rumah dia Kharana. Mereka mengikat suami dan anggota keluarga lain sebelum menyeret Sushmita keluar dan beberapa kali menembaknya dari jarak dekat.
Polisi menyebutkan, eksekusi itu dilakukan dengan darah dingin, dan kelompok Taliban membuang tubuhnya di dekat sebuah sekolahi Islam.
Mendokumentasi Perempuan Afganistan
Sejak kembali ke Afghanistan, Banerjee bekerja di bidang kesehatan di Paktita, dan membuat dokumentasi film tentang kehidupan perempuan lokal menjadi bagian dari pekerjaannya.
Setelah menikah dengan Khan pada Juli 1988 yang dikenalnya di Kolkata, Banerjee pindah ke Afghanistan. Namun orangtuanya memintanya bercerai. Banerjee sendiri terkejut ketika mengetahui bahwa Khan sudah menikah dengan wanita lain. Dia justru kasihan pada istri pertama Khan, Gulguti. Bahkan dia memutuskan untuk memelihara anak-anak Gulguti, dan mengadopsi Tinni, putri kakak iparnya.
Penerbitnya, Swapan Biswas, mengatakan bahwa Banerjee memberitahu dia punya rencana kembali ke Afghanistan untuk mulai menulis bukunya yang lain. Selain buku pertama, Banerjee menulis kisah pelariannya yang luar biasa dalam sebuah artikel untuk sebuah majalah berita di India pada tahun 1998.
Dia menulis bahwa "hidup itu ditoleransi sampai tindakan keras Taliban pada tahun 1993" ketika militan memerintahkan dia untuk menutup apotek, dan dia lari dari rumahnya karena disebutkan sebagai seorang perempuan "bermoral yang buruk."
Kisah Pelariannya
Banerjee gagal melarikan diri pada usaha pertama kali pada awal tahun 1994. Saudara iparnya melacaknya ke ibu kota Pakistan, Islamabad, dan dia tengah meminta bantuan pada kedutaan besar India di sana. Namun dia dibawa kembali ke Afghanistan dan kegiatanyan dibatasi dengan tahanan rumah oleh Taliban.
Pemerintah Taliban ketika itu berjanji akan mengirimnya kembali ke India, namun hal itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya, mereka justru mempersalahkan dan mengancamnya. Hal itu yang menyebabkan dia memutuskan untuk melarikan diri.
Langkah berani yang ditempuhnya berhasil pada tahun 1995, ketika dia mampu mengelabuhi para penculiknya. Dia melarikan diri menuju rumah suaminya yang ditempuhnya dalam tiga jam perjalanan dari Kabul.
Pembunuhan terhadap Banerjee menjadi pertanda buruk bagi perempuan Afghanistan. Kelompok hak asasi manusia yang beroperasi di Afghanistan dan luar negeri mengatakan bahwa serangkaian aturan telah disahkan oleh parlemen yang potensi mendorong pelecehan esktrem pada perempuan di sana. Kelompok Islamis juga disebutkan menuntut menutup tempat penampungan bagi perempuan yang mereka sebut sebagai “sarang tak bermoral.” (indiatimes.com / dw.de)
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...