Penyanyi Rohani AS Minta Maaf Terkait Salah Paham Rasisme
LOS ANGELES, SATUHARAPAN.COM – Penyanyi lagu-lagu rohani asal Amerika Serikat (AS), Kirk Franklin, meminta maaf kepada penggemarnya yang tersinggung dengan ucapan di akun twitternya.
Menurut Christian Post, hari Rabu (20/7), Franklin dalam akun twitternya (@kirkfranklin) mengeluarkan pernyataan yang cenderung membenarkan tindakan yang dilakukan kepolisian dalam peristiwa penembakan di Baton Rouge, Louisiana beberapa waktu lalu.
“Saya ingin meminta maaf. Saya merasa salah dalam menjelaskan pandangan saya,” kata Franklin di akun twitternya.
I want to apologize. I feel that my tone explaining my view was defensive. People are hurting and want to feel that they matter...
— Kirk Franklin (@kirkfranklin) July 17, 2016
Franklin menambahkan dengan status twitter yang dia perbaharui beberapa saat setelah peristiwa Baton Rouge terjadi, merupakan bentuk pengingat kepada orang-orang agar peduli dan tidak saling menyakiti.
Beberapa waktu lalu musisi gereja berusia 46 tahun tersebut mengatakan siapa pun yang melakukan pembunuhan terhadap polisi sama artinya dengan melakukan tindakan terorisme.
I need for my community to be as loud as possible about how killing men and women in uniform is a crime, a sin, and an act of terrorism.
— Kirk Franklin (@kirkfranklin) July 17, 2016
Komentar Franklin mendapat banyak tentangan, salah satunya dari akun twitter yang tidak disebut namanya, pengikut di akun twitter Kirk Franklin tersebut awalnya setuju dengan pendapat Franklin, namun di akhir kalimat dia menyanggah pendapat tersebut. “Betul, saya setuju (pendapat Franklin, Red), tetapi (polisi, Red) yang membunuh orang yang tidak bersenjata adalah tindakan yang salah,” kata salah satu pengguna twitter.
Ketika ada orang lain yang menanyakan pendapat Franklin apakah wajar bagi polisi membunuh orang di jalan raya secara sembarangan, dan tidak melihat aspek keadilan.
“Saya tahu juga, petugas kepolisian ini tidak melakukan hal itu, kami saat ini hendak menunjukkan diri bagian dari umat manusia,” kata Franklin.
Franklin adalah musisi lagu-lagu rohani di Amerika Serikat, selain itu dia adalah konduktor dari kelompok paduan suara gereja kontemporer ternama Amerika Serikat antara lain The Family, God's Property, dan One Nation Crew.
Dia bergabung dengan paduan suara dari Mount Rose Baptist Church pada usia tujuh tahun, lima tahun kemudian dia bergabung di gereja yang sama namun dalam kategori paduan suara dewasa.
Franklin mengaku tidak peduli dengan pendapat yang menyebutnya tidak bersimpati terhadap warga kulit hitam dan lebih mementingkan polisi.
Franklin menyebut bahwa dia menganggap dari peristiwa penembakan di Baton Rouge, warga sipil dan polisi merupakan dua pihak yang sama-sama berduka cita.
Dalam penembakan di Baton Rouge, Louisiana hari Minggu melibatkan seorang laki-laki kulit hitam dan beberapa petugas kepolisian.
Pelaku penembakan berhasil dilumpuhkan petugas kepolisian Baton Rouge, dan kemudian diidentifikasi bernama Gavin Long. Dalam aksi penembakan di Baton Rouge enam orang polisi menjadi korban. Tiga orang dilaporkan meninggal dunia, sementara lainnya terluka.
Beberapa waktu lalu Salah satu tokoh gereja dan atlet American Football yang bermain di klub Baltimore Ravens, Benjamin Watson, mengemukakan keprihatinannya terhadap situasi kekerasan terhadap polisi tersebut karena saat ini bagi generasi muda di AS masih terjadi kurangnya pengetahuan sejarah tentang perbedaan warna kulit di AS.
(christianpost.com/reuters.com)
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...