Penyerang di Kereta Prancis Terkejut Dituduh Teroris
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Seorang tersangka penyerang bersenjata yang berhasil dilumpuhkan penumpang kereta cepat “terkejut” atas tuduhan terorisme dan membantah telah melepaskan tembakan, menurut komentar pengacaranya yang disiarkan pada hari Minggu (23/8).
Tersangka penyerang, yang merupakan seorang warga Maroko bernama Ayoub El Khazzani (25), menaiki kereta cepat pada Jumat malam dari Brussel menuju Paris dan membawa senapan serbu Kalashnikov, pistol otomatis Luger, sembilan magasin peluru dan sebuah cutter.
Sejumlah saksi mata mengatakan dia melepaskan tembakan, melukai seorang pria sebelum dilumpuhkan dan diikat tiga penumpang Amerika Serikat (AS), hingga kereta berhenti di Kota Arras, Prancis utara tempat dia diserahkan kepada pihak kepolisian.
Sophie David, pengacara yang membantu kasus tersebut saat awal penahanan tersangka di Arras namun tidak lagi mewakilinya, mengatakan dia membantah telah menembakkan satu peluru pun.
“Dia terkejut karena aksinya dikaitkan dengan terorisme,” ujarnya kepada BFM-TV, seraya menambahkan tersangka yang diyakini tinggal di Belgia menyebut dirinya seorang tunawisma.
“Dia mengatakan bahwa dia secara tidak sengaja menemukan tas berisi sebuah senjata, dengan telepon, yang tersembunyi.”
“Dia mengatakan dia menemukannya di taman dekat Midi Station di Brussel, tempat dia sering tidur bersama tunawisma lainnya.”
Menurut Khazzani, yang tidak bisa berbahasa Prancis dan komentarnya diterjemahkan melalui seorang penerjemah, dia menaiki kereta itu untuk merampok orang, dan berniat memecahkan jendela lalu melompat keluar guna melarikan diri.
David mengatakan saat dia memberitahukan kepada tersangka seseorang terluka, dia merasa “terkejut dan heran.”
“Dia mengatakan senapan Kalashnikov yang dia bawa tidak berfungsi dan dia langsung dilumpuhkan tanpa menembakkan satu peluru pun,” ujar David.
Sophie David bukan lagi pengacara Khazzani saat tersangka itu dipindahkan ke Levallois-Perret dekat Paris tempat dia diperiksa oleh petugas kontraterorisme.
Sementara itu hari Senin (24/8) pagi, menurut laporan kantor berita Inggris, tiga warga Amerika dan seorang warga Inggris yang menggagalkan serangan di kereta api tersebut menerima penghargaan tertinggi Prancis dari Presiden Prancis Francois Hollande.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...