Peran Apoteker dalam Pengendalian Penggunaan Antibiotika
DEPOK, SATUHARAPAN.COM - Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) menggelar orasi ilmiah bertajuk “Resitensi Antibiotik dan Dampaknya terhadap Pelayanan Kesehatan”, menghadirkan Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt. Berlangsung di Gedung D, Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) UI, pada 1 September lalu, orasi ilmiah tersebut digelar dengan dilandaskan atas ancaman penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan berlebihan, yang memberikan dampak pada biaya kesehatan dan masalah kesehatan serius.
Pemberian antibiotik yang tidak terkendali dengan baik, menyebabkan lahirnya bakteri “Super Bug” yang sangat sulit diatasi.
“Bakteri super” yang bersifat multiresisten terhadap berbagai jenis antibiotik ini, telah menjadi ancaman serius dalam bidang kesehatan di seluruh dunia. Hanya dalam waktu sekitar 75 tahun sejak digunakan secara massal, kini dunia dihadapkan pada masa depan yang amat mengkhawatirkan karena kemungkinan tidak ada lagi antibiotik yang efektif untuk mengatasi beberapa tipe bakteri patogen yang multiresisten.
Ancaman pandemi bakteri yang resisten terhadap antibiotik, kini telah nyata dan berskala besar. Kecepatan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik jauh lebih cepat dibandingkan dengan upaya penemuan dan pengembangan antibiotik baru. Penemuan dan pengembangan antibiotik baru memerlukan biaya yang sangat mahal, sehingga dalam 2—3 tahun terakhir ini tidak ada antibiotik baru yang diciptakan.
Menurut Maksum, peran sentral profesi farmasi sangat penting dalam mengendalikan penggunaan antibiotik yang bijak dan rasional.
Upaya pengendalian penggunaan antibiotika, yang dapat dilakukan apoteker adalah dengan menghentikan penjualan antibiotik tanpa resep, memberi informasi yang tepat dan jelas kepada pasien pada penyerahan antibiotik, dan memberikan pendidikan pada masyarakat tentang antibiotik yang bijak serta dampaknya pada kesehatan secara umum. Selain itu, koordinasi dan kolaborasi antar profesi kesehatan pada unit pelayanan kesehatan dan rumah sakit juga diperlukan guna meningkatkan kualitas hidup pasien. (ui.ac.id)
Editor : Sotyati
Kemensos Dirikan 18 Sekolah Darurat Pasca Erupsi Lewotobi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sedikitnya 18 sekolah darurat didirikan oleh Kementerian Sosial (Kemensos...