Hutan Lereng Gunung Slamet Kembali Terbakar
PURWOKERTO, SATUHARAPAN.COM - Hutan di kawasan Igir Klanceng, lereng barat daya Gunung Slamet, Jawa Tengah, kembali terbakar setelah pada akhir Agustus dilanda peristiwa serupa.
"Kami mendapat laporan, hutan sebelah barat daya Gunung Slamet di sekitar Igir Klanceng pada ketinggian sekitar 2.400 mdpl (meter di atas permukaan laut) terbakar," kata petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Slamet Sukedi yang dihubungi wartawan dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada Minggu (6/9).
Pihaknya sulit memantau kebakaran tersebut, karena selain terhalang kabut, Igir Klanceng yang merupakan perbatasan Kabupaten Tegal dan Brebes berada di sebelah barat daya Gunung Slamet, PPGA Slamet berlokasi di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Saat dihubungi dari Purwokerto, Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bumijawa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Bara, Marsono, mengaku belum mengetahui secara pasti lokasi kebakaran tersebut.
"Kami belum tahu petak berapa yang terbakar dan masuk wilayah mana," katanya.
Kendati demikian, dia memperkirakan lokasi kebakaran tersebut berada di atas lokasi kebakaran sebelumnya yang terjadi pada akhir bulan Agustus 2015.
Menurut dia, sekitar 80 personel dari komunitas pencinta alam dari Guci, Kabupaten Tegal, telah disiagakan sejak Sabtu (5/9) malam, guna mengantisipasi kemungkinan kebakaran tersebut merambat hingga wilayah Bumijawa.
Sementara itu, Administrator Perhutani KPH Banyumas Timur Wawan Triwibowo mengaku belum mendapat laporan terkait kebakaran di hutan lereng Gunung Slamet, karena pihaknya masih berkonsentrasi terhadap kebakaran kawasan savana di Gunung Pangonan, Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, yang terjadi sejak Sabtu (5/9) siang.
"Kami belum menerima laporan mengenai titik lokasinya, wilayah kami posisinya (lereng Gunung Slamet) selatan sampai ke timur. Wilayah timur terus kami pantau karena Bambangan, Purbalingga, dari tahun ke tahun selalu terjadi kebakaran. Namun, syukurlah sampai sekarang belum ada kebakaran," katanya.
Terkait kebakaran di Gunung Pangonan, dia mengatakan kebakaran tersebut cukup besar, dan terjadi di petak 28, namun sudah dapat dipadamkan pada Minggu (6/9) pagi.
Ia menduga, kebakaran tersebut bermula dari rumput-rumput kering di lahan milik warga yang berdekatan dengan petak 28.
"Sudah dapat dikendalikan, hanya mungkin di beberapa tempat masih ada percikan-percikan api. Untuk sementara, kami masih terus melakukan upaya pencegahan guna mengantisipasi kemungkinan api merambat ke kawasan hutan, karena yang terbakar sebagian besar bawahnya rumput-rumput," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Asper BKPH Karangkobar KPH Banyumas Timur Taufik Hidayaturachman mengatakan, kawasan hutan yang terbakar berada di wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Batur pada petak 28 A, 28 E, dan 28 F dengan luasan sekitar 20 hektare.
Menurut dia, kebakaran tersebut pertama kali diketahui pada hari Sabtu (5/9), sekitar pukul 12.20 WIB, dan dapat dipadamkan pada pukul 21.00 WIB atas kerja sama personel Perhutani dengan anggota Komando Rayon Militer Batur, Kepolisian Sektor Batur, dan masyarakat sekitar.
"Akan tetapi pada hari Minggu (6/9), sekitar pukul 12.30 WIB, api kembali menyala," katanya.
Ia mengatakan, upaya pemadaman harus dilakukan dengan hati-hati karena lokasi kebakaran sangat curam dengan kemiringan hingga 70 derajat.
Menurut dia, kebakaran tersebut berada di lokasi yang sama dengan kejadian pada tahun 2011 dan merupakan semak belukar.
Dalam hal ini, tiga petak yang terbakar berstatus tidak baik untuk produksi (TBP), sehingga belum ditanami tanaman produksi.
Informasi yang dihimpun dari masyarakat, titik api pertama kali diketahui berada di perbatasan hutan dengan tanah "pemajegan" atau tanah milik warga Dusun Buntu, Desa Bakal, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Penegakan Hukum Karhutla Akan Dituntaskan
Sementara itu, menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo dalam penanganan operasi darurat asap di Sumatera dan Kalimantan, pada Sabtu (5/9) telah digelar rapat koordinasi (Rakor) di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK).
Hasil rakor tersebut sebagai berikut:
-Panglima TNI dan Kapolri akan mendukung personel yang dibutuhkan Pemda untuk "mengeroyok" api.
-Posko darurat di provinsi agar lebih diaktifkan. Saat ini sebenarnya BPBD sudah mendirikan posko, namun perlu ditingkatkan dengan melibatkan semua unsur. Menyusun organisasi posko dengan mereplikasi pengalaman penanganan karhutla di Riau tahun 2013 dan 2014. Danrem diarahkan sebagai IC (Incident Commander).
-Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), akan menetapkan organisasi posko nasional yang berkedudukan di Kantor Kementerian LHK, pada Selasa (8/9).
-Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan meneruskan dukungan operasi hujan buatan dan pemboman air. BNPB akan memberikan pendampingan teknis pengalaman keberhasilan penanganan Karhutla di Riau tahun 2013 dan 2014 kepada Kementerian LHK dan Pemda.
-Kementerian LHK akan menyusun rencana aksi jangka panjang dan pendek tentang penyelesaian karhutla ini.
-Kementerian LHK dan Kementan tahun ini akan melakukan pengadaan alat pemadaman api (masih dalam proses tender).
-Penegakan hukum yang lama dan yang berjalan harus segera dituntaskan.
-Kebutuhan personel TNI dan Polri untuk mengeroyok api sedang dihitung oleh Kementerian LHK.
-Di Kementerian LHK tersedia anggaran untuk menyewa 4 unit air traktor dari Australia untuk pemboman air. Saat ini baru 1 unit yang datang di Riau.
-Panglima TNI akan mengerahkan pesawat terbang untuk hujan buatan dan personel TNI sesuai permintaan dari Kementerian LHK. (Ant/bnpb.go.id)
Editor : Sotyati
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...