Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 10:25 WIB | Selasa, 01 Desember 2015

Perangi AIDS Jadi Prioritas Utama di Kenya

Claudia Aulo, seorang gadis 13 tahun yang hidup dengan AIDS dan yang kehilangan kedua orang tuanya karena penyakit AIDS. Ia melakukan tugas-tugas rumah di rumah neneknya di Ndiwa. (Foto: gulfnews.com)

KENYA, SATUHARAPAN.COM – Di Homa Bay, wilayah pedesaan terpencil di tepi selatan Danau Victoria, AIDS merupakan masalah utama dengan penelitian yang menunjukkan bahwa satu dari empat orang yang positif HIV.

Setiap hari, tim dari medis amal Medecins Sans Frontieres (MSF) yang dipimpin oleh Patrick Kibira Ochoro, keluar dan berjalan kaki di antara perkebunan pisang, mangga, dan alpukat, untuk menginformasikan dan mencapai daerah yang paling terpencil, pergi dari pintu ke pintu dalam upaya untuk membahas, membujuk, dan akhirnya meyakinkan orang untuk tes kesehatan.

"Untuk banyak orang di sini, HIV tidak benar-benar menjadi masalah untuk mereka. Bagi mereka, prioritas nomor satu adalah makanan dan air," Kibira menjelaskan.

"Itu sebabnya kami berbicara dengan mereka, untuk memastikan bahwa mereka memahami mengapa tes kesehatan merupakan hal penting bagi mereka, setidaknya sekali setahun,” katanya.

Data dari PBB menunjukkan jumlah infeksi HIV baru di seluruh dunia mungkin telah menurun 35 persen selama 15 tahun terakhir, tetapi untuk memerangi Aids di daerah Homa Bay masih jauh dari selesai.

MSF saat ini berfokus pada wilayah Homa Bay karena penelitian pada tahun 2012 menunjukkan hasil statistik yang sangat mengkhawatirkan.

Angka dari penelitian menunjukkan prevalensi HIV dari 24,1 persen, yang berarti satu orang dari empat orang positif Hiv, dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 5,5 persen. Dan tingkat infeksi baru pada 2,0 persen, dibandingkan dengan rata-rata nasional 0,25 persen.

Dan penelitian menunjukkan 41 persen orang yang terkena tidak tahu bahwa mereka positif HIV.

Dari hasil statistik yang mengkhawatirkan, MSF mengubah pendekatan dan mulai menjangkau orang-orang.

Selain adanya praktek poligami dan prostitusi yang luas, di kalangan orang-orang Luo, kelompok etnis terbesar ketiga Kenya, masih terdapat tradisi “Jaboya” yang dilakukan dengan hubungan seks demi mendapatkan sejumlah ikan. Tradisi istri warisan juga terdapat di sana, dimana seorang pria menikahi seorang janda. Sebelum menikahi suami baru, seorang janda dituntut untuk berhubungan seks dengan alasan memurnikan diri dari pernikahan sebelumnya.

Lillian Atieno Ochola, 37 tahun, 14 tahun yang lalu menjadi positif HIV setelah ia mewarisi virus yang ditularkan oleh suaminya yang kedua. Dia kemudian tidak sengaja mewariskan HIV kepada anaknya karena telah menyusuinya sebelum menyadari ia terinfeksi HIV.

Sejak itu, ia telah mencoba untuk memperingatkan tetangganya dari bahaya HIV.

"Saya mendesak rekan-rekan lainnya untuk tidak terjebak dalam warisan virus HIV," katanya.

Lilian mengatakan, orang-orang pada umumnya merespon dengan baik dan beberapa mengikuti tes kesehatan.

Luo juga menolak tradisi sunat, praktek yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dapat mengurangi risiko tertular HIV di antara laki-laki heteroseksual sebesar 60 persen.

Data PBB menunjukkan bahwa pada tahun 2011, 72 persen dari mereka yang didiagnosis positif HIV sedang diobati dengan terapi antiretroviral.

"Saat ini, banyak tantangan dalam memerangi HIV dari sisi sosial, ekonomi, dan budaya daripada biomedis. Salah satu masalah terbesar adalah stigma mereka yang didiagnosis AIDS. Banyak yang menyembunyikan kondisi mereka dan kadang-kadang berakhir tidak mengikuti pengobatan dengan benar," kata Lawrence Oteng, menteri kesehatan di Homa Bay.

"Kami masih berjuang melawan stigma. Selain itu, tantangan utama adalah mendapatkan laki-laki. Banyak dari mereka tidak ingin diuji. Menjelaskan bagaimana sunat dapat membantu juga sulit,” kata Oteng.

Dalam budaya Luo, seks dipandang sebagai dorongan untuk penanaman dan panen tanah, dan melihat bahwa sunat membutuhkan waktu lama untuk sembuh.

"Ketika VMC (voluntary male circumcision) dimulai pada tahun 2008, ada resistensi besar dari masyarakat Luo. Sunat pada saat itu sangat rendah. Sekarang stabil," katanya.

Sejak MSF berkampanye dari pintu ke pintu yang dimulai pada bulan Agustus, sekitar 5.200 orang telah diuji. Dan LSM telah mendirikan klinik di mana orang dapat datang untuk tes kesehatan atau bahkan disunat. (gulfnews.com/feb)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home