Perbaiki, Jangan Dibuang!
SATUHARAPAN.COM Meski orangtua disebut kolot, namun mereka punya sikap yang perlu kita contoh. Saya kenal seorang bapak lansia yang selalu memperbaiki barangnya yang rusak. Alih-alih membuang barang itu ke tempat sampah dan membeli gantinya, bapak itu berusaha memperbaiki barang tersebut lebih dahulu.
Tempo hari dia memperbaiki mesin babat rumputnya yang ngadat. Alat itu sudah tua, tetapi ia tidak segera memensiunkannya. Justru ia perbaiki bagian yang rusak dan mengganti onderdil yang lama dengan yang baru.
Kenapa sih, Bapak tidak beli yang baru saja? Kan mesin yang baru kerjanya lebih cepat dan mudah, tanya saya penasaran.
Kalau yang lama masih bisa diperbaiki kenapa harus diganti? jawab bapak itu. Zaman dahulu kalau barang kita rusak, sulit mendapatkan gantinya jadi kita harus merawatnya baik-baik dan kita harus bisa memperbaikinya sendiri. Kita harus memahami barang tersebut. Lagipula barang zaman dahulu materinya lebih kuat.
Bapak itu betul juga. Zaman sekarang apa-apa mudah didapat. Peralatan murah meriah namun gampang rusak tersedia berlimpah ruah. Kalau ada alat yang rusak tinggal beli yang baru. Tanpa disadari, iklim macam begitu membuat kita cenderung tidak mau susah, tidak tertantang untuk memahami masalah sehingga kita tidak terampil menyelesaikannya.
Hal itu dapat tercermin juga dalam cara kita berelasi dengan sesama, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Kita mudah memulai pertemanan atau hubungan kerja dengan orang lain, namun ketika muncul perbedaan/masalah kita cenderung memutuskan hubungan itu, alih-alih berkomunikasi untuk menyelesaikannya baik-baik.
Zaman modern memang menawarkan jalan cepat, namun cara old school yang mengutamakan perhatian, ketekunan, dan kasih sayang ternyata tetap berkualitas dan penting.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Serangan Israel di Beirut Menewaskan Juru Bicara Hizbullah, ...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Serangan langka Israel di Beirut tengah menewaskan juru bicara utama kelompo...