Perbankan Diberi Waktu 5 Tahun Bersiap Hadapi MEA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dunia perbankan Indonesia harus bekerja keras dalam lima tahun ke depan mempersiapkan persaingan di bidang perbankan menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
“Persaingan Industri keuangan dalam MEA dimulai pada 2020, kami (Bank Mandiri, pelaku industri keuangan) masih punya waktu di industri keuangan untuk memperkuat industri keuangan di ASEAN,” kata Budi Gunadi Sadikin Direktur Utama PT. Bank Mandiri Tbk saat menghadiri Rapat Kerja Komisi XI di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (8/4).
Budi optimistis bahwa kapitalisasi pasar Bank Mandiri dalam lima tahun akan tercapai sehingga Bank Mandiri dapat menjadi pionir terdepan di Asia Tenggara, dan nantinya bisa menjawab dan membalik kondisi perbankan saat ini yakni tidak hanya bank asing yang membuka cabang di Indonesia, tetapi perbankan Indonesia yang harus banyak membuka cabang di negara Asia Tenggara lainnya.
Budi menyebut bahwa salah satu penghambat pihaknya dalam mengajukan diri dalam persaingan perbankan di Asia Tenggara yakni adalah ASEAN Good Corporate Governance (GCG) Index. Budi pernah mengajukan persayaratan agar bank yang dia pimpin dapat memiliki cabang di luar negeri, akan tetapi tidak diperbolehkan oleh institusi perbankan negara lain karena Indonesia tidak lulus dalam ASEAN GCG Index.
“Kita ingin memastikan (Bank Mandiri) lulus ASEAN GCG Index, istilahnya kita harus bisa melewati barrirer-barrier yang ada di ASEAN,” kata Budi.
Dalam kesempatan yang sama, Nurdin Tampubolon anggota Komisi XI DPR RI menyorot bahwa Bank Mandiri harus waspada dan mawas diri.
Anggota DPR RI Fraksi Hanura tersebut menyatakan bahwa kinerja perbankan harus ada ritme yang sama.
“Kuncinya tata kelola perbankan nasional kita harus kita perbaiki dulu, kita jangan buru-buru dengan perbankan Indonesia yang kondisi carut-marut begini mau buka cabang di luar negeri,” kata Nurdin.
Nurdin mengamati kedatangan Bank Mandiri, dan sehari sebelumnya BTN (Bank Tabungan Negara), BRI (Bank Rakyat Indonesia) ke DPR, tidak ada bedanya, semuanya masih “cengeng” dan terlalu berambisi maju sebagai pionir kedaulatan perbankan, tetapi tidak mau berkaca diri.
Nurdin mengatakan perbankan Indonesia harus memperbaiki ritme kerja, dan berbeda dengan bank asing yang ada di Indonesia saat ini.
“Kalau dilihat-lihat Bank seperti Maybank, DBS dll, itu mereka sudah terbukti mampu berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi negaranya, kalau kita kan masih menambah dividennya sendiri,” Nurdin menambahkan.
Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Sumatera Utara I ini mengibaratkan bank-bank “plat merah” di Inodnesia kalau mau bersaing di tingkat ASEAN sama seperti petinju kelas berat melawan petinju kelas bulu. “Ini kan tidak seimbang, kita ini kan memalukan,” Nurdin menambahkan.
Nurdin menyebut langkah termudah saat ini mengubah UU Perbankan, dan sedapat mungkin ada draft yang pasti dan disepakati pemerintah yakni antara lain dari pihak perbankan “plat merah”, Kementerian keuangan, dan Bank Indonesia.
“Mindset perbankan kita harus diubah, target perbankan plat merah saat ini jangan hanya dividen lagi, tetapi target kinerja yang disesuaikan dengan ASEAN, baik itu dari pemberian kredit atau suku bunga yang ideal,” Nurdin menjelaskan.
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...