Perempuan Bertato Pendeta Kaum LGBT
DENVER, SATUHARAPAN.COM – Nadia Bolz Weber perempuan penuh tato berumur 46 tahun dulunya penyembah berhala, pecandu alkohol dan komedian, sekarang adalah pendeta Lutheran di Denver di Amerika Serikat.
Perjalanannya menjadi pendeta berliku-liku. Nadia sempat menjadi pecandu alkohol dan pernah menjadi aktor stand-up comedy. Kisah masa lalunya itu digunakannya untuk menarik “kaum terpinggirkan” yang merasa tidak patut berada di gereja.
Nadia dibesarkan di Colorado Springs dengan ajaran Church of Christ yang sangat konservatif. “Saya mendapat pendidikan agama dengan sangat keras, fundamentalis, legalistik, dan sektarian,” kata Nadia seperti dikutip BBC, Senin (6/7).
Ia sempat masuk ke salah satu universitas milik gereja tersebut, Pepperdine, di Malibu, California. Namun dia tidak ingat empat bulan yang dihabiskannya di sana. “Saya waktu itu seorang pecandu narkoba yang payah,” katanya.
Dia meninggalkan universitas, pindah ke Denver, Colorado dan menjalani beberapa tahun yang liar.
Nadia mengaku banyak tidur dengan lelaki. “Saya senang-senang saja dengan bayangan bahwa saya akan mati pada usia 30,” katanya.
“Saya merasa seperti seseorang yang tidak pernah cocok dengan apa pun. Saya sangat marah,” katanya. “Amarah itulah yang melindungi dan menjaga saya – sampai saya kecanduan alkohol dan narkoba, kemudian amarah itu hampir membunuh saya!”
Menjadi Pendeta
Suatu hari PJ teman dekatnya di stand-up comedy, bunuh diri. Dan upacara duka diadakan di sebuah klub komedi di Denver, yang kata Nadia dihadiri oleh “akademisi, orang-orang aneh, pecandu alkohol yang sedang memulihkan diri.”
Pada saat itu dia sudah meninggalkan Church of Christ, dan sudah mencoba dan meninggalkan juga kepercayaan Paganisme. Namun dia masih percaya adanya Tuhan. Jadi sebagai satu-satunya teman PJ yang masih beriman, dia diminta memimpin upacara itu.
Saat melihat kerumunan dia berpikir ‘’semua orang ini seperti saya dan mereka tidak memiliki pendeta dan “mungkin saya terpanggil menjadi pendeta bagi mereka,’” kata Nadia.
Nadia lalu belajar di seminari Lutheran dan kemudian membuka Rumah bagi Kaum Berdosa dan Para Orang Suci di Denver – dengan misi untuk melayani "orang-orang ganjil".
“Saya harus membangun gereja yang saya ingin datangi, karena saya tidak pernah melihat gereja yang saya sukai,” katanya.
Setelah berdiskusi dengan seorang pendeta akhirnya Nadia membuat gereja baru. Sepertiga jemaat Nadia adalah gay, lesbian atau transgender. Dan mereka merayakan kenyataan itu. Gereja yang dinamai Rumah bagi Kaum Berdosa dan Para Orang Suci itu bahkan memiliki “Pendeta Keriangan,” seorang waria bernama Stuart.
“Inilah alasannya, bahwa suatu kongregasi mutlak memerlukan seorang waria,” kata Nadia. (bbc.com)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...