Umat Muslim Indonesia di Australia Kuatkan Persaudaraan
MELBOURNE, SATUHARAPAN.COM - Meski jauh dari sanak saudara, banyak umat Muslim Indonesia yang tetap mengisi bulan Ramadan dengan penuh sukacita. Mulai dari salat subuh berjamaah, buka puasa bersama, hingga salat tarawih.
Surau Kita (SK) yang berada di kawasan Coburg, Melbourne, menjadi salah satu pusat kegiatan komunitas Muslim Indonesia di negara bagian Victoria atau IMCV sepanjang bulan Ramadan.
Selama sebulan penuh, SK menggelar salat tarawih, buka puasa bersama di akhir pekan, kelas-kelas Islami, termasuk bagi anak-anak dan khusus wanita.
Menjelang 10 hari terakhir Ramadan, mereka juga menggelar itikaf dan tak ketinggalan malam takbiran yang akan diramaikan oleh beberapa anak-anak.
Setiap tahunnya panitia mengundang ustaz dari Indonesia untuk mengisi Ramadan di Melbourne. Tahun ini yang hadir adalah Ustaz Didik Hariyanto dari Pesantren Wadi Mubarak di Bogor dan Ustaz Mukhammad Yahya dari Pesantren Mihrabul Muhibbin, Pasuruan.
"Di negara yang mayoritas penduduknya bukan Islam, (suasana) Ramadan tetap semarak mulai dari salat Subuh, buka bersama, hingga tarawih," kata Ustad Didik.
"Ini menunjukkan kuatnya persaudaran antara mereka meski berada di luar negeri dan jauh dari keluarga."
Ustaz Didik juga merasa kagum dengan banyak umat Muslim asal Indonesia di Melbourne yang tetap menjalankan puasa dan beribadah di malam hari, meski cuaca sedang dingin.
Tema Ramadan 2015 adalah kembali kepada Al Quran, dengan harapan tidak melupakan ajaran dan amalan Al-Quran yang diturunkan pada bulan Ramadan.
"Ramadan itu bukan hanya puasanya saja, tapi juga pengingat kedatangan dan keberadaan Quran yang dianggap sebagai hidayah dan penyejuk hidup," kata Anton Dirgantoro yang dipercaya sebagai Ketua Program Ramadan tahun ini.
SK sendiri bukan sekadar tempat beribadah. Selain sebagai tempat untuk sejumlah aktivitas dan pendidikan islami bagi anak-anak dan orang dewasa, masjid ini pun memiliki koperasi.
Koperasi tersebut menjual berbagai makanan, termasuk masakan khas Indonesia yang dibuat oleh para ibu. Hasil penjualannya digunakan untuk membiayai beberapa program yang ada di Surau Kita.
“Semuanya self sevice, ... tidak ada yang menjaga, jadi tinggal bayar dengan memasukan uang ke dalam kotak yang sudah disediakan. Kami mencoba untuk memakmurkan dan menjadikan masjid yang bisa mendanai diri sendiri,” kata Lugas Aprianto, Ketua Takmir Masjid IMCV Surau Kita. (australiaplus.com)
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...