Perempuan Iran Bakar Jilbab, Protes Digelar di Puluhan Kota
Ini buntut kematian perempuan muda oleh polisi moral Iran, karena dinilai mengenakan jilbab dengan tidak benar.
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Perempuan di beberapa kota Iran melepas dan membakar jilbab mereka untuk memprotes hukum wajib jilbab negara mereka ketika demonstrasi anti rezim yang dipicu oleh kematian seorang perempuan muda dalam tahanan polisi berlanjut selama lima hari berturut-turut pada hari Selasa (20/9).
Protes pecah di puluhan kota di seluruh Iran, menurut video yang dibagikan di Twitter oleh @1500tasvir, akun dengan lebih dari 80.000 pengikut yang memposting video protes yang diterima dari dalam Iran.
Video menunjukkan perempuan melepas jilbab mereka dan, dalam beberapa kasus, membakarnya di beberapa kota dalam adegan yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara di mana jilbab telah diwajibkan bagi perempuan sejak tak lama setelah revolusi 1979 di negara itu.
Dalam salah satu video dari utara kota Sari, seorang perempuan terlihat menari dengan jilbab di tangannya. Dia kemudian melemparkan jilbabnya ke dalam api dan disorak-sorai oleh para pengunjuk rasa.
Protes dimulai setelah Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi Iran berusia 22 tahun, dinyatakan meninggal pada hari Jumat. Amini mengalami koma tak lama setelah dia ditahan oleh polisi moral karena diduga tidak mematuhi aturan jilbab ketat rezim di Teheran pada 13 September.
Aktivis dan pengunjuk rasa mengatakan Amini dipukuli oleh petugas polisi saat ditahan, menyebabkan luka serius yang menyebabkan kematiannya. Polisi membantah tuduhan tersebut.
Protes juga pecah di dua kota konservatif, Masyhad dan Qom. Mashhad adalah tempat kelahiran Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei dan merupakan rumah bagi kuil Imam Syiah kedelapan. Qom dianggap sebagai "ibu kota agama" Iran karena banyak ulama senior Syiah yang berbasis di sana dan kota ini juga merupakan rumah bagi tempat suci tokoh penting Syiah lainnya.
Dalam satu video dari Mashhad, pengunjuk rasa tampaknya telah menguasai dua mobil polisi. “Kami tidak menginginkan Republik Islam,” teriak seorang perempuan yang berdiri di atas salah satu mobil, seperti yang terlihat dalam rekaman.
Video dari beberapa kota menunjukkan kendaraan polisi yang rusak serta pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan. Seperti selama beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa di seluruh Iran meneriakkan terhadap Khamenei dan menuntut perubahan rezim.
Satu video dari kota Shiraz menunjukkan pasukan keamanan menembaki orang-orang dan video lainnya menunjukkan pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Kantor berita resmi Iran, IRNA, melaporkan protes hari Selasa, tetapi meremehkan ukuran dan signifikansinya. Ia juga menuduh pengunjuk rasa merusak properti publik.
Kematian dan Penangkapan Orang Asing
Gubernur provinsi Kurdistan Iran pada hari Selasa mengkonfirmasi kematian tiga orang selama protes, meminta pertanggungjawaban demonstran anti rezim.
Juga pada hari Selasa, gubernur Teheran mengatakan pasukan keamanan menangkap beberapa warga negara asing selama protes di ibu kota, menuduh dinas intelijen asing terlibat dalam kerusuhan yang sedang berlangsung di negara itu.
Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Naser Kanani, pada hari Selasa mengutuk apa yang dia gambarkan sebagai "sikap intervensionis" oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa mengenai kematian Amini.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, sebelumnya pada hari Selasa meminta Teheran untuk “mengakhiri penganiayaan sistemik terhadap perempuan dan mengizinkan protes damai.”
UE telah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa apa yang terjadi pada Amini “tidak dapat diterima” dan bahwa “para pelaku pembunuhan ini harus bertanggung jawab.” (Al Arabiya/ AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...