Perempuan Jadi Target Kekerasan Seksual di Irak
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 1,2 juta orang di Irak mengungsi akibat keamanan yang memburuk di sana. Sementara itu, ada laporan yang mengungkapkan tentang perempuan dan anak perempuan di Irak menjadi target serangan.
"Ketika situasi keamanan terus memburuk, saya sangat khawatir tentang keluarga yang sangat membutuhkan air, makanan, tempat tinggal, layanan kesehatan, sanitasi dan perlindungan dari kekerasan," kata Valerie Amos, Koordinator untuk Urusan Kemanusiaan dan bantuan Darurat, Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dalam pernyataan hari Rabu (2/7).
Dia mengungkapkan kekhawatiran Itu, termasuk menargetkan perempuan dan anak-anak yang dilaporkan telah diculik, diperkosa dan dipaksa menikah dengan militan dari Negara Islam Irak dan Levant (ISIL / ISIS) dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya.
Phumzile Mlambo-Ngcuka, Direktur Eksekutif UN Women, menyatakan keprihatinan yang mendalam kemarin menyusul kasus bunuh diri beberapa perempuan yang telah diperkosa, dan kasus orang-orang yang dipaksa untuk menyaksikan pemerkosaan terhadap istri dan anak perempuan mereka.
"UN Women mengutuk keras kekerasan seksual dan kekerasan yang berbasis jender, dan menyerukan kepada semua pihak untuk mengatasi hal itu serta melindungi hak-hak perempuan dan anak perempuan Irak," kata dia.
Mlambo Ngcuka, menargetkan mereka adalah "pelanggaran berat hak asasi manusia" dan dia memperingatkan terhadap risiko meningkatnya ekstremisme terkait hak-hak perempuan di kawasan itu dan di seluruh dunia.
Diperkirakan sekitar 20.000 perempuan dan anak perempuan di Irak berada pada risiko kekerasan seksual yang meningkat akibat dari krisis wi wilayah utara dan barat negeri itu, kata laporan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) awal pekan ini.
Badan ini juga mencatat bahwa sejak aksi kekerasan terbaru meletus tiga pekan lalu di Irak bagian utara, dari sekitar satu juta orang mengungsi akibat krisis, sekitar 250.000 perempuan dan anak perempuan, termasuk hampir 60.000 wanita hamil, membutuhkan perawatan kesehatan yang mendesak.
Secara total, lebih dari 2,2 juta orang kini mengungsi di Irak, termasuk satu juta orang mengungsi di dalam negeri Irak sebagai akibat dari konflik bersenjata di Suriah dan konflik sebelumnya.
Sebagian besar dari mereka telah melarikan diri ke wilayah otonomi Kurdi, di mana badan-badan PBB mendukung respon kemanusiaan meskipun menghadapi kendala keamanan , kata Amos. Untuk itu, dia berterima kasih bahwa Sekjen PBB menyebutkan pemerintah Arab Saudi menyumbangkan US$ 500 juta untuk bantuan kemanusiaan.
Lebih dari 2.417 warga Irak meninggal bulan lalu dan 2.287 lainnya terluka dalam aksi terorisme dan kekerasan yang dilakukan oleh ISIS. Sekjen PBB dan pejabat senior PBB menyerukan pembentukan segera sebuah pemerintah inklusif di Irak dan semua pihak untuk mengambil langkah segera melindungi warga sipil.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...