Perempuan Perlu Sadari Potensi Disfungsi Panggul Pascapersalinan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Budi Iman Santoso mengingatkan para perempuan untuk menyadari potensi disfungsi dasar panggul pascapersalinan.
“Kalau di kita (Indonesia), satu dari perempuan yang pernah melahirkan itu pasti 50 persen akan jadi prolaps (disfungsi dasar panggul). Itu semua bisa dicegah, tetapi semua orang banyak yang enggak tahu. Kalau sedang hamil, tiba-tiba kencingnya keluar ketika batuk, itu tanda awal bahwa dia sudah mempunyai kelemahan otot dasar panggul,” kata Budi saat memberikan kuliah umum di FKUI, Jakarta Pusat, Kamis (12/9).
Untuk itu, Budi mengeluarkan inovasi Pelvic Intelligence of One Solution (PI-ONE) intelligent diagnosis and treatment system, yakni sebuah sistem pemeriksaan dini atau skrining untuk mengevaluasi kondisi dasar panggul perempuan yang mengintegrasikan informasi struktur dasar panggul dengan bantuan algoritma dari mahadata.
“PI-ONE itu, begitu perempuan habis melahirkan ada keluhan sakit, langsung di-skrining, kalau misalnya otot yang lemah, dilatih dan dideteksi, dia rusaknya ringan atau sedang? Kebanyakan itu masih ringan, sehingga bisa dilatih saja, enggak sampai berat, kalau sudah berat, operasinya susah, biayanya mahal,” ujar dia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Budi, tercatat perempuan yang pernah hamil sebesar 2,5 persen mengalami kerusakan panggul, kemudian perempuan yang pernah melahirkan, sebesar 15 persen juga rusak panggul.
“Malah kalau pertama kali melahirkan pada usia di atas 35 tahun, bisa sampai 25-35 persen semakin besar (kerusakan panggulnya),” ucapnya.
Selain itu, ia juga melakukan Budi Iman Santoso Assessment (BISA), sebuah model prediksi trauma otot dasar panggul pada ibu pascapersalinan dengan tiga komponen yang ditanyakan, pertama, apakah bayi lahir lebih dari 3,2 kg, dan ketika melahirkan apakah jalan lahirnya digunting atau tidak, serta apakah ibu mengejan lebih dari 60 menit.
“Cuma tiga komponen itu, kalau itu semuanya ada, kira-kira 68 sampai 78 persen dia bakal rusak (panggulnya),” tuturnya.
Ia juga menyarankan perempuan untuk senam kegel, atau senam pelatihan otot panggul bawah yang dapat mencegah disfungsi dasar panggul.
“Nah pelatihan itu bisa dua macam, dengan kegel yang sebetulnya kebanyakan gagal di kita karena sebagian perempuan malas, mengingat itu harus rutin tiga sampai enam bulan. Kedua, pakai electric bio-feedback, jadi pakai alat elektrik kemudian ototnya dilatih. Kalau selama kehamilan dilatih, dia akan mempercepat pemulihan, seperti kalau batuk, kencingnya keluar itu sampai usia tiga bulan, sebelum tiga bulan, mungkin satu atau dua bulan sudah pulih, enggak sampai lama,” paparnya.
Ia mengingatkan agar para perempuan lebih peduli dengan kondisi kesehatan panggulnya dan tidak menganggap disfungsi dasar panggul sebagai permasalahan yang sepele.
"Kebanyakan perempuan tidak peduli kesehatan dirinya karena (disfungsi dasar panggul) dianggap tidak menimbulkan kematian, yang dipikirkan selama ini hanya kematian ibu pascapersalinan, yang penting kalau selamat tidak apa-apa. Namun sekarang kita sudah paham kan, disfungsi dasar panggul itu mesti dicegah dan jangan sampai timbul lagi,” kata Budi.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...