Perempuan Pilih Jadi PSK Karena Ada Bakat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Politisi Partai Golkar Popong Otje Djundjunan menilai terjunnya seorang perempuan ke dunia prostitusi, dengan kata lain menjadi pekerja seks komersial (PSK) ialah adanya bakat yang menyelimuti ‘kaum hawa’ tersebut.
“Dunia prostitusi tidak akan hilang dari muka bumi, bahkan sampai kiamat. Jadi kalau ada perempuan yang masuk ke lingkungan itu, pasti dia ada bakat,” ujar sosok yang akrab disapa Ceu Popong tersebut kepada satuharapan.com, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (20/4).
Menurut dia, bakat tersebut tidak sama besarnya satu dengan lain, ada yang besar dan kecil. Ceu Popong mengatakan, bila bakat menjadi PSK yang tertanam dalam diri seorang perempuan besar, maka dapat dipastikan ketika sudah menikah perempuan tersebut selingkuh.
”Kalau besar bakatnya, walau sudah punya suami pasti dia nyeleweng,” ucap sosok penghuni Komisi X DPR RI itu.
Sementara perempuan yang bakat menjadi PSK-nya kecil, kata Ceu Popong bisa hilang dengan diberikan keterampilan khusus, seperti kursus menjahit, memasak, kecantikan, merangkai bunga, salon, atau kerajinan tangan. “Hal tersebut yang saya lakukan ketika menjadi Istri Wali Kota Bandung (Raden Otje Djundjunan, 1971-1976), kata dia.
“Ketika itu, saya mengadakan uji bakat pada perempuan yang jadi PSK, ternyata emang ada yang bakatnya kecil dan besar. Lalu supaya tidak keliatan bakat mereka besar atau kecil, semua dikasih kursus keterampilan,” politisi Partai Golkar itu menambahkan.
Ceu Popong melanjutkan, setelah perempuan yang pernah masuk dunia prostitusi tersebut diberikan keterampilan, perempuan berbakat PSK kecil akhirnya berhenti dan kembali ke daerah masing-masing melanjutkan kehidupan, sementara yang memiliki bakat besar menjadi PSK, meski sudah banyak uang tetap kembali menjadi PSK.
“Penyebab perempuan jadi PSK itu ada ribuan,” tutur dia.
Bagai Mendirikan Sekolah
Ceu Popong selanjutnya mengatakan mendidik anak perempuan tidak semudah anak laki-laki. Menurut dia, mendidik anak laki-laki sama dengan mendidik satu orang manusia, namun mendidik anak perempuan bagai mendirikan sebuah sekolah.
Salah satu Anggota Komisi X DPR RI itu pun berpendapat hal tersebut menggambarkan kemampuan mendidik seorang perempuan jauh lebih besar dari kemampuan seorang laki-laki. “Karena dia adalah seorang mother atau ibu,” tutur dia.
“Coba lihat guru Taman Kanak-kanak, umumnya perempuan jarang laki-laki, guru di Sekolah Dasar juga sama. Artinya kemampuan mendidik perempuan untuk anak di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar itu butuh perempuan,” Ceu Popong menambahkan.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...